Sekjen PBB Antonio Guterres. (AFP)
Sekjen PBB Antonio Guterres. (AFP)

Di Hari Internasional Melawan Islamofobia, Sekjen PBB Serukan Perdamaian di Gaza

Marcheilla Ariesta • 18 Maret 2024 15:02
New York: Antonio Guterres, Sekretaris Jenderal PBB saat ini, menyerukan perdamaian dunia, terutama di zona-zona konflik, selama bulan suci Ramadan. Seruan ini disampaikan Guterres dalam pembukaan Hari Internasional Melawan Islamofobia.
 
"Kita berkumpul hari ini ketika umat Islam di seluruh dunia merayakan Bulan Suci Ramadan. Ini adalah waktu refleksi dan solidaritas. Momen untuk bersatu dan saling menguatkan,” kata Guterres, dalam pidato yang diterima Medcom.id, Senin, 18 Maret 2024.
 
Namun, katanya, bagi banyak umat Islam di seluruh dunia, bulan ini menjadi saat-saat yang penuh penderitaan dan ketakutan.

"Dalam semangat Ramadan, saya menyerukan agar senjata dibungkam di Gaza dan Sudan," tegasnya.
 
"Hari ini, di acara penting ini, saya menyerukan kepada semua pemimpin politik, agama, dan komunitas – siapa pun, di mana pun – untuk ikut serta dalam permohonan kami. Saatnya untuk perdamaian," ucap Guterres.
 
Ia menuturkan, saat ini hampir dua miliar umat Islam di seluruh dunia. Ia menyebut Islam sebagai rukun iman dan ibadah yang menyatukan umat manusia di seluruh penjuru dunia.
 
"Selama berabad-abad, umat Islam telah menjadi sumber penting budaya, filsafat, kesarjanaan, dan ilmu pengetahuan," ujar Guterres.
 
Dari pengaruh besar Avicenna, dokter dan filsuf besar yang penafsirannya terhadap Plato dan Aristoteles membantu membentuk perkembangan filsafat Eropa Barat. Kepada ahli matematika dan astronom Muslim Al-Khwarizmi, yang bertanggung jawab menyampaikan angka Hindu-Arab dan bapak aljabar, katanya.
 
"Peristiwa hari ini menyoroti wabah ganas yang mencerminkan penolakan dan ketidaktahuan total terhadap Islam dan umat Islam serta kontribusi mereka yang tidak dapat disangkal wabah Islamofobia," seru Guterres.
 
Menurutnya Islamofobia makin meningkat saat ini dan bentuknya bermacam-macam.
 
"Ada diskriminasi struktural dan sistemik, pengecualian sosial-ekonomi, kebijakan imigrasi yang tidak setara, hingga pembatasan dalam mengakses kewarganegaraan, pendidikan, pekerjaan dan keadilan," lanjut dia.
 
Menurutnya, hal tersebut disebabkan retorika yang memecah belah dan stereotip yang menstigmatisasi masyarakat, dan menciptakan lingkungan kesalahpahaman dan kecurigaan.
 
"Hal ini dapat menyebabkan peningkatan pelecehan dan bahkan kekerasan terhadap umat Islam – yang semakin banyak dilaporkan oleh kelompok masyarakat sipil di berbagai negara di seluruh dunia," ujar Guterres.
 
"Sayangnya, tren yang mengkhawatirkan ini adalah bagian dari pola ideologi supremasi yang lebih luas dan serangan terhadap orang Yahudi, komunitas minoritas Kristen, dan banyak lainnya," sambungnya.
 
Guterres menegaskan, para pemimpin politik harus memimpin dan menumbuhkan kohesi sosial, bukan rasa takut. Pemerintah, kata dia, harus mengutuk wacana yang menghasut dan menjaga kebebasan beragama, khususnya bagi kelompok minoritas.
 
"Dan saya berterima kasih kepada para pemimpin agama yang bekerja sama untuk mendorong dialog antaragama," pungkasnya.
 
Baca juga:  Bersama Biden, PM Irlandia Serukan Penghentian Pengeboman di Gaza
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(WIL)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan