Washington: Dunia politik di Amerika Serikat (AS) sudah didominasi dua partai poitik utama, yaitu Demokrat dan Republik, sejak pertengahan abad ke-19.
Struktur sistem pemilihan di Negeri Paman Sam sudah sejak lama mendukung hanya dua partai besar.
Mengapa pemilih Amerika umumnya hanya memiliki sedikit pilihan di kotak suara? Mengutip dari History.com, Jumat, 19 Juli 2024, jawabannya terletak pada ketidaksepakatan mendasar tentang peran pemerintah federal dan sistem pemenang-mengambil-semua yang mendorong politik Amerika menuju sistem dua partai.
Konstitusi Awal AS
Saat menyusun kerangka kerja pemerintah Amerika Serikat yang baru pada tahun 1789, Konstitusi tidak menyebutkan adanya partai politik. Banyak pendiri negara sangat tidak percaya pada kelompok partisan seperti itu.
Alexander Hamilton menyebut partai sebagai "penyakit paling fatal" dalam pemerintahan rakyat, sementara George Washington memperingatkan dalam pidato perpisahannya pada tahun 1796 bahwa faksi politik akan mengarah pada "despotisme yang menakutkan".
Namun, pada saat itu, faksi-faksi sudah mulai terbentuk di negara muda ini. Selama masa kepresidenan Washington, elit politik membagi diri menjadi dua kubu yang berlawanan: Federalis yang dipimpin oleh Hamilton dan Anti-Federalis (atau Demokrat-Republikan) yang dipimpin oleh Thomas Jefferson. Kedua faksi ini berselisih sengit tentang seberapa kuat pemerintah federal baru harus dibandingkan dengan negara bagian, serta apakah Amerika Serikat harus bersekutu dengan Inggris atau Prancis.
Demokrat dan Republik
Pemilihan tahun 1800, di mana Jefferson mengalahkan John Adams, menandai awal dari akhir bagi Federalisme, yang secara efektif menghilang sebagai gerakan politik pada akhir Perang 1812. Periode ini, selama masa kepresidenan James Monroe, disebut sebagai "Era Perasaan Baik" karena relatif kurangnya perpecahan partai nasional.
Profesor ilmu politik di Colgate University, Sam Rosenfeld, mengatakan “untuk sementara waktu, Anda mendapatkan semua pengambilan keputusan demokratis yang terjadi dalam rubrik yang luas dari partai Demokrat-Republik yang satu ini.” Namun, perbedaan pendapat tetap ada dan muncul kembali dalam pemilihan 1824, ketika John Quincy Adams memenangkan kursi presiden meskipun menerima lebih sedikit suara dalam pemilihan umum daripada Andrew Jackson.
Pendukung Jackson (dipimpin oleh Martin Van Buren) membentuk koalisi baru berdasarkan idealisme Jeffersonian yang menjadi Partai Demokrat. Sementara itu, mereka yang menentang kebijakan Jackson membentuk Partai Whig, yang mendukung pemerintah pusat yang lebih kuat.
Partai Whig runtuh pada tahun 1850-an, dan Partai Republik anti-perbudakan baru muncul untuk bersaing dengan Partai Demokrat. Meskipun posisinya telahberubah secara signifikan selama bertahun-tahun, kedua partai ini tetap dominan di Amerika Serikat sejak saat itu.
Model Dua Partai
Untuk memahami mengapa sistem dua partai begitu mengakar kuat di Amerika Serikat, penting untuk memahami bagaimana pemilu di negara ini bekerja. Sistem representasi AS didasarkan pada siapa yang mendapatkan suara terbanyak di setiap distrik, bukan mayoritas suara yang diberikan. Selain itu, setiap daerah baik distrik kongres, negara bagian, atau, dalam kasus presiden, seluruh negara, diwakili oleh satu anggota, bukan perwakilan proporsional berdasarkan jumlah suara yang diterima.
Kecenderungan sistem daerah pemilihan dengan satu wakil seperti itu untuk mendorong organisasi dua partai kadang-kadang dijelaskan oleh sebuah konsep yang dikenal sebagai “hukum Duverger”, yang diambil dari nama ilmuwan politik Prancis Maurice Duverger.
Banyak ilmuwan perbandingan politik akan mengatakan bahwa ini sebenarnya bukan hukum yang baku, tetapi ini merupakan aturan praktis yang baik (bahwa) daerah pemilihan dengan satu wakil dan pemilihan pluralitas cenderung menghasilkan sistem dua partai yang stabil dan menyulitkan kemunculan partai-partai ketiga,” jelas Sam Rosenfeld.
“Alasannya adalah: Orang-orang strategis dalam memberikan suara mereka. Dihadapkan pada beberapa =andidat dalam sebuah sistem di mana yang Anda butuhkan hanyalah suara terbanyak untuk menang, orang-orang khawatir jika mereka memilih kandidat favorit mereka, itu hanya akan menjadi spoiler, dan bisa jadi malah menyebabkan terpilihnya kandidat yang paling tidak mereka sukai.”
Akibatnya, orang cenderung memilih kandidat yang paling mereka sukai, yang hampir selalu (di Amerika Serikat) adalah seorang Republikan atau Demokrat. Menurut Rosenfeld, proses pemilihan pendahuluan di AS juga menyalurkan konflik mengenai kebijakan dalam setiap partai, menghasilkan kandidat pemilihan umum yang dapat menarik koalisi pemilih seluas mungkin.
Karena fitur struktural ini, di antara alasan lainnya, sistem dua partai tetap bertahan selama dua abad terakhir sejarah Amerika meskipun jajak pendapat opini publik (seperti Jajak Pendapat Pew 2022 ini) mungkin mengatakan sebaliknya tentang popularitasnya.
“Saya mencoba menyampaikan kepada para mahasiswa dan orang lain (bahwa) jika Anda benar-benar berkomitmen untuk menginginkan lebih banyak pilihan, dan Anda tidak puas dengan sistem dua partai, Anda perlu berpikir lebih serius untuk benar-benar mengubah aturan sistem konstitusional Amerika, dan tentu saja sistem pemilihan umum kita,” kata Rosenfeld.
“Ini bukan hanya soal menemukan kandidat ketiga yang benar-benar karismatik,” pungkasnya. (Shofiy Nabilah)
Baca juga: Tembak Trump, Thomas Crooks Terdaftar sebagai Anggota Partai Republik
Cek Berita dan Artikel yang lain di