Meskipun perang antara Israel dan Hamas di Gaza serta invasi Rusia ke Ukraina mendominasi perhatian, para diplomat dan analis skeptis akan ada terobosan besar dalam mencapai perdamaian.
"Perang di Gaza, Ukraina, dan Sudan akan menjadi fokus utama Sidang Umum. Namun, tidak mungkin kita akan melihat solusi signifikan untuk salah satu dari mereka," kata Direktur PBB di International Crisis Group, Richard Gowan, seperti dikutip Anadolu, Jumat 20 September 2024.
Sekjen PBB, Antonio Guterres mengatakan bahwa kedua perang tersebut "terjebak tanpa solusi damai yang terlihat".
Kekhawatiran meningkat tentang konflik Gaza yang bisa meluas ke Timur Tengah setelah kelompok militan Lebanon, Hizbullah, menuduh Israel melakukan ledakan terhadap pagar dan radio genggam dalam 2 hari serangan mematikan. Israel belum memberikan tanggapan terkait tuduhan tersebut.
"Ada risiko besar eskalasi serius di Lebanon, dan segala upaya harus dilakukan untuk mencegahnya," kata Guterres kepada wartawan pada Rabu.

Foto: AFP
Genosida di Gaza yang dilakukan Israel dipicu oleh serangan Hamas tdi Israel pada 7 Oktober 2023. Serangan itu terjadi dua minggu setelah para pemimpin dunia menyelesaikan pertemuan tahunan mereka tahun lalu.
Konflik Gaza semakin memanas dengan ancaman meluasnya kekerasan ke Lebanon, sementara upaya mediasi oleh Amerika Serikat, Mesir, dan Qatar belum berhasil menghentikan pertumpahan darah.
Dan kesabaran dunia semakin menipis sembilan bulan setelah Majelis Umum PBB dengan suara bulat menyerukan gencatan senjata kemanusiaan, sementara korban tewas di Gaza mencapai 41.000.
Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, yang sering menuduh PBB bersikap anti-Israel, serta Presiden Palestina, Mahmoud Abbas, dijadwalkan berpidato di Majelis Umum pada 26 September.
Diplomasi cepat di PBB
Sidang tahunan Majelis Umum PBB dikenal sebagai ajang "diplomatic speed-dating", arena selain pidato resmi yang berlangsung selama 6 hari, sebagian besar diplomasi terjadi di balik layar, dalam ratusan pertemuan bilateral dan acara sampingan.Tahun ini, perhatian tertuju pada krisis global, seperti perang di Sudan yang memicu kelaparan, kekerasan geng di Haiti, dan pelanggaran hak-hak perempuan oleh Taliban di Afghanistan. Di luar itu, ancaman perang yang meluas di Gaza dan Ukraina menjadi isu utama yang diperbincangkan di ruang rapat PBB.
Sekretaris Jenderal PBB, António Guterres, dengan nada bercanda menyebutkan bahwa ia “tidak punya kekuasaan atau uang,” namun ia menegaskan bahwa dua hal penting yang dimilikinya adalah suara dan kapasitas untuk menyatukan pemimpin dunia demi mencari solusi.
Pemilihan presiden Amerika Serikat yang akan datang pada 5 November mendatang juga membawa ketidakpastian ke PBB. Donald Trump, yang pernah memangkas dana PBB selama masa jabatannya, kembali maju sebagai calon presiden. Banyak yang khawatir tentang dampak kembalinya Trump terhadap peran Amerika di PBB dan organisasi internasional lainnya.
Pertemuan Majelis Umum PBB tahun ini akan membahas berbagai krisis dunia, seperti kemanusiaan, politik, dan keamanan. Meskipun tidak semua masalah dapat diselesaikan dengan cepat, para pemimpin dunia tetap berharap diplomasi dapat menjadi solusi
Isu Lain: Iran dan Ukraina
Tuduhan terhadap peran Iran dalam mendukung kelompok-kelompok militan di Timur Tengah, seperti Hamas dan Hizbullah, serta dukungannya terhadap Rusia di Ukraina, juga akan menjadi sorotan.Negara-negara Eropa berusaha untuk menghidupkan kembali upaya mengendalikan program nuklir Iran, dan para pejabat dari Iran serta Eropa akan bertemu di New York minggu depan untuk melihat apakah kedua belah pihak siap untuk berdialog.
Presiden Iran yang baru, Masoud Pezeshkian, diharapkan akan berbicara tentang de-eskalasi, tetapi tetap menegaskan hak Iran untuk membalas serangan jika diperlukan.
Sementara itu, Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky juga akan berpidato di hadapan 15 orang anggota Dewan Keamanan mengenai Ukraina pada hari Selasa dan di hadapan majelis Umum pada hari Rabu.
Mempresentasikan rencananya untuk menekan Rusia agar menghentikan perang melalui jalur diplomasi. Zelensky berharap untuk berbicara dengan Presiden AS Joe Biden serta calon-calon presiden AS, Kamala Harris dan Donald Trump untuk mencari dukungan.
"Kami percaya ini adalah strategi dan rencana yang bisa berhasil. Kami perlu mencari cara untuk mempromosikannya saat bekerja sama dengan semua kepala negara yang hadir di New York. Kami berharap bisa membuat beberapa kemajuan," kata Duta Besar AS untuk PBB, Linda Thomas-Greenfield, pada hari Selasa.
Sementara Presiden Rusia Vladimir Putin menyampaikan pidato virtual di Majelis Umum pada tahun 2020 selama pandemi covid-19, ia belum hadir secara langsung di New York sejak 2015. Sebaliknya, Menteri Luar Negeri Rusia, Sergei Lavrov, akan memberikan pidato di Majelis Umum pada 28 September. (Nithania Septianingsih)
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id