Pahor dikenal lewat karya berjudul Necropolis (1967), sebuah novel otobiografi yang ditulis usai kunjungan ke sebuah kamp Nazi, di mana dirinya pernah mendekam di tempat tersebut sekitar 20 tahun sebelumnya.
Diterjemahkan ke dalam beberapa bahasa, Necropolis mendeskripsikan kebrutalan dan kengerian yang disaksikan Pahor di kamp konsentrasi. Novel itu juga menggambarkan rasa bersalahnya karena berhasil keluar dari kamp konsentrasi dalam kondisi hidup.
Dikutip dari France 24, Senin, 30 Mei 2022, Menteri Kebudayaan Italia Dario Franceschini menyampaikan penghormatannya kepada Pahor, sosok yang ia sebut sebagai sesosok "raksasa di abad ke-20." Ia menyebut Pahor sebagai seorang novelis yang mampu menulis dengan tinggi kejelasan yang tinggi.
Lahir pada 26 Agustus 1913, di area yang kini dikenal sebagai kota Trieste di Italia, Pahor ditangkap Nazi di tahun 1944 atas keterlibatannya dengan gerakan perlawanan anti-fasis.
Ia pernah ditahan di lima kamp konsentrasi Nazi, termasuk Natzweiler-Struthof di Prancis dan Dachau serta Bergen-Belsen di Jerman.
Saat Pahor lahir, Trieste masih menjadi bagian dari kekaisaran Austro-Hungarian yang merupakan rumah bagi masyarakat Slovenia. Kota tersebut menjadi bagian dari Italia setelah kekaisaran itu runtuh usai Perang Dunia I.
Warga Slovenia di Trieste saat itu, termasuk Pahor, kemudian menjadi korban dari gerakan "Italianisasi."
Pahor merupakan tokoh ternama di Slovenia, yang menjadi negara merdeka usai memisahkan diri dari Yugoslavia di tahun 1991. Ia pernah menerima penghargaan tertinggi untuk pencapaian budaya.
Mengenai umur panjangnya, Pahor pernah berkata kepada surat kabar Corriere della Sera di tahun 2018, bahwa "sejak saya keluar hidup-hidup dari kamp konsentrasi, saya menjadi tak peduli lagi dengan berlalunya waktu."
"Saya tidak pernah mau berhenti. Saya terus melihat ke depan," ucapnya kala itu.
Baca: Sempat Kabur, Mantan Sekretaris Kamp Kematian Nazi Ditangkap
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News