"Amerika Serikat, dalam koordinasi dengan sekutu dan mitra, terus dengan paksa menanggapi invasi Rusia yang tidak dapat dibenarkan, tidak beralasan, dan direncanakan sebelumnya ke Ukraina," kata Kementerian Keuangan AS, dilansir dari The Guardian, Sabtu, 26 Februari 2022.
"Jika perlu, kami siap untuk membebankan biaya lebih lanjut pada Rusia atas perilakunya yang mengerikan di panggung dunia," kata Menteri Keuangan AS, Janet Yellen.
Sebelumnya, AS menjatuhkan sanksi ke bank Rusia, individu dan pebisnis Negeri Beruang Merah tersebut.
Sementara itu, Dewan Keamanan PBB memberikan suara pada resolusi yang menyesalkan invasi Rusia ke Ukraina.
Sebelas negara anggota memilih resolusi tersebut, tiga negara abstain - Tiongkok, India, dan Uni Emirat Arab -, serta satu menentang.
Negara yang menentang adalah Rusia, karena mereka memiliki hak veto. Sehingga resolusi tidak ditegakkan.
Pasukan NATO Diaktifkan
Baca juga: Pertama Kali, Pasukan Respons NATO Diaktifkan Hadapi Invasi Rusia ke Ukraina
Sementara itu, untuk pertama kalinya NATO Response Force diaktifkan sebagai tindakan defensif dalam menanggapi invasi berkelanjutan Rusia ke Ukraina.
Panglima Tertinggi Sekutu NATO Jenderal Tod Wolters mengaktifkan kekuatan multinasional yang terdiri dari pasukan darat, udara, laut dan operasi khusus dari sekutu yang dapat dikerahkan dengan cepat untuk mendukung aliansi NATO.
Namun, aktivasi pasukan respons tidak berarti bahwa pasukan Amerika Serikat (AS) atau NATO akan masuk ke Ukraina, yang bukan anggota aliansi. Presiden AS Joe Biden telah menjelaskan bahwa pasukan AS dikerahkan ke Eropa timur untuk membantu memperkuat negara-negara NATO yang gelisah tentang tindakan agresif Rusia, dan mereka tidak akan berperang di Ukraina.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News