Lille: Polisi Prancis menembakkan gas air mata untuk membubarkan sekitar 2.000 demonstran yang memprotes rasisme dan kebrutalan polisi di kota utara Lille pada Kamis 4 Juni.
"Tidak ada keadilan, tidak ada perdamaian," teriak kerumunan itu, menggemakan protes yang terjadi di seluruh Amerika Serikat setelah kematian seorang warga kulit hitam George Floyd yang tidak bersenjata di tangan polisi.
Para demonstran juga mengacungkan plakat, beberapa dalam bahasa Inggris, membawa slogan-slogan yang sekarang dikenal dalam protes AS: ‘Black Live Matters’, ‘I Can’t Breathe’, dan ‘Stop Police Violence’.
Kerumunan yang sebagian besar masih muda di Lille berbaris ke pusat kota, juga menyerukan “keadilan bagi Adama". Adama Traore adalah seorang pria kulit hitam muda yang terbunuh dalam tahanan polisi Prancis pada 2016.
Pada Kamis polisi di Lille menembakkan gas air mata untuk membubarkan para pengunjukrasa tetapi insiden terus berlanjut saat malam tiba.
“Saat ini orang-orang merasa distigmatisasi, dikucilkan oleh Negara dan orang-orang ini menuntut di atas segalanya untuk diintegrasikan, diakui, diperlakukan seperti orang lain, "kata salah seorang peserta demo, Sofian Betrancourt, kepada AFP.
"Pertanyaan tentang kekerasan polisi jelas terungkap meja selama bertahun-tahun. Tetapi pada saat yang sama ketidaksetaraan ini ditampilkan pada basis global," tambahnya, seperti dikutip AFP, Jumat, 5 Juni 2020.
Gelombang protes melanda seantero AS usai George Floyd, seorang pria kulit hitam, meninggal usai lehernya ditindih seorang polisi bernama Derek Chauvin pada Senin 25 Mei.
Chauvin dan tiga rekannya telah dipecat dari jajaran Kepolisian Minneapolis satu hari usai kejadian. Keempat anggota polisi yang terlibat kini semuanya didakwa pembunuhan.
Hasil autopsi resmi menunjukkan bahwa Floyd meninggal akibat dibunuh, terlepas dari sejumlah kondisi medis yang dideritanya. Terungkap pula bahwa Floyd terinfeksi virus korona.
"Tidak ada keadilan, tidak ada perdamaian," teriak kerumunan itu, menggemakan protes yang terjadi di seluruh Amerika Serikat setelah kematian seorang warga kulit hitam George Floyd yang tidak bersenjata di tangan polisi.
Para demonstran juga mengacungkan plakat, beberapa dalam bahasa Inggris, membawa slogan-slogan yang sekarang dikenal dalam protes AS: ‘Black Live Matters’, ‘I Can’t Breathe’, dan ‘Stop Police Violence’.
Kerumunan yang sebagian besar masih muda di Lille berbaris ke pusat kota, juga menyerukan “keadilan bagi Adama". Adama Traore adalah seorang pria kulit hitam muda yang terbunuh dalam tahanan polisi Prancis pada 2016.
Pada Kamis polisi di Lille menembakkan gas air mata untuk membubarkan para pengunjukrasa tetapi insiden terus berlanjut saat malam tiba.
“Saat ini orang-orang merasa distigmatisasi, dikucilkan oleh Negara dan orang-orang ini menuntut di atas segalanya untuk diintegrasikan, diakui, diperlakukan seperti orang lain, "kata salah seorang peserta demo, Sofian Betrancourt, kepada AFP.
"Pertanyaan tentang kekerasan polisi jelas terungkap meja selama bertahun-tahun. Tetapi pada saat yang sama ketidaksetaraan ini ditampilkan pada basis global," tambahnya, seperti dikutip AFP, Jumat, 5 Juni 2020.
Gelombang protes melanda seantero AS usai George Floyd, seorang pria kulit hitam, meninggal usai lehernya ditindih seorang polisi bernama Derek Chauvin pada Senin 25 Mei.
Chauvin dan tiga rekannya telah dipecat dari jajaran Kepolisian Minneapolis satu hari usai kejadian. Keempat anggota polisi yang terlibat kini semuanya didakwa pembunuhan.
Hasil autopsi resmi menunjukkan bahwa Floyd meninggal akibat dibunuh, terlepas dari sejumlah kondisi medis yang dideritanya. Terungkap pula bahwa Floyd terinfeksi virus korona.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News