Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres mengatakan, perang memperburuk krisis pangan di negara-negara miskin karena harus menaikan harga.
Menurutnya, beberapa negara bahkan bisa menghadapi kelaparan jangka panjang jika tingkat ekspor Ukraina tidak kembali seperti sebelum invasi.
Dilansir dari Asia Plus, Jumat, 20 Mei 2022, konflik dilaporkan memutus pasokan dari pelabuhan Ukraina. Kiev kerap mengekspor sejumlah besar minyak goreng serta sereal seperti jagung dan gandum.
Tentunya, invasi Rusia ke Ukraina mempengaruhi pasokan global dari Kiev. Hal ini berakibat harga alternatif melambung tajam.
"Harga pangan global hampir 30 persen lebih tinggi dibanding waktu yang sama tahun lalu," kata Guterres.
"Konflik, pandemi dan perubahan iklim mengancam puluhan juta orang di tepi jurang kerawanan pangan, diikuti kekurangan gizi hingga kelaparan massal," sambungnya.
Menurutnya, tingkat kelaparan global berada pada titik tertinggi baru. Hanya dalam dua tahun, tutur Guterres, jumlah orang yang rawan pangan meningkat dua kali lipat dari 135 juta sebelum pandemi, menjadi 276 juta saat ini.
PBB mencatat, lebih dari setengah juta orang dilaporkan hidup dalam kondisi kelaparan. Angka tersebut meningkat lebih dari 500 persen sejak 2016.
"Jika kita tidak memberi makan orang, kita malah memberi makan konflik," pungkasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id