“Saya sedang dalam perjalanan ke Norwegia. Swedia hanya menerima teroris yang diberikan suaka dan perlindungan, sementara para filsuf dan pemikir diusir,” kata Momika kepada harian Swedia Expressen sebelumnya, seperti dikutip dari Anadolu pada Kamis, 28 Maret 2024.
Badan Migrasi Swedia mencabut izin tinggal Momika sejak Oktober 2023, dengan mengutip informasi palsu dalam permohonan aslinya. Namun ia diberikan izin tinggal karena dikatakan adanya hambatan dalam proses deportasi ke irak oleh pihak berwenang di Stockholm. Dia menerima keputusan agensi yang menolak perpanjangan izin tinggal sementara.
Momika mengatakan dia tidak takut dengan ancaman yang ditujukan kepadanya karena membakar kitab suci Islam. Tetapi pada saat yang sama ia yakin bahwa hal itu pada akhirnya akan mengorbankan nyawanya.
"Saya punya perasaan bahwa saya akan dibunuh pada tahun ini," katanya.
Dia tiba sekitar tengah hari di Norwegia dan berencana mengajukan permohonan suaka ke kantor polisi terdekat.
Badan Migrasi Swedia juga memutuskan untuk melarang Momika kembali ke Swedia selama lima tahun, namun dia mengatakan dia tidak memiliki rencana untuk kembali.
“Saya tidak ingin Swedia meminta Norwegia menerapkan Peraturan Dublin untuk memulangkan saya ke Swedia. Jika mereka melakukannya, saya sekali lagi akan menjadi beban yang memerlukan CCTV, perlindungan polisi, dan banyak lagi. Jika mereka melakukannya, saya mungkin akan menggunakan hak saya untuk melakukan hal yang sama. hak kebebasan berpendapat lagi,” kata Momika.
“Saya akan menghormati hukum negara dan keputusan negara,” kata Momika, merujuk pada Norwegia.
“Kalau mereka bilang merugikan negara, saya tidak akan bakar Al-Qur’an. Jika suatu negara tidak menginginkan saya, saya akan segera pindah,” tambahnya.
Momika datang ke Swedia pada tahun 2018. Pada musim semi tahun 2021, dia diberikan izin tinggal sementara.
Pada Oktober 2023, Badan Migrasi Swedia memutuskan untuk tidak memperpanjang izinnya, karena dia memberikan informasi yang salah, dan memberinya izin tinggal sementara baru yang akan habis masa berlakunya pada 16 April.
“Swedia telah membiarkan saya membakar Al-Qur’an, dan saya harus menggunakan hak saya untuk melakukannya. Pada saat yang sama, Swedia telah membuat saya dianiaya, memblokir rekening bank saya, menarik suaka dan menyita rumah saya. Meski begitu, saya tetap mencintainya. masyarakat dan negara ini,” kata.
Pembakaran Al-Qur’an yang dilakukannya telah mempengaruhi hubungan internasional Swedia. Hal ini juga menjadi salah satu alasan tertundanya keanggotaan Swedia dalam aliansi pertahanan NATO.
Kota al-Kufah di Irak menawarkan hadiah sebesar 2 juta dollar dan sebuah Al-Qur’an yang terbuat dari dua kilogram emas kepada siapa pun yang membunuhnya. Pemerintah di Bagdad meminta ekstradisinya. Sejak dia mulai membakar Al-Qur’an, dia terus-menerus hidup di bawah ancaman dan terpaksa bersembunyi.
Pria beragama Kristen dari Irak ini menjadi terkenal di negara Nordik karena berulang kali secara terbuka menodai kitab suci umat Islam. Dengan kedok kebebasan berekspresi, pembakaran Al-Qur’an oleh berbagai pihak di Swedia dan Denmark telah memicu reaksi kemarahan di negara-negara Muslim, termasuk penyerangan terhadap pos-pos diplomatik. (Nabila Ramadhanty Putri Darmadi)
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id