Ratusan demonstran berkumpul di Albertine Square dalam menyuarakan slogan "Gencatan Senjata Sekarang juga," "Boikot Israel" dan "Bebaskan Palestina."
Mereka membawa bendera Palestina dan mengkritik keterlibatan Uni Eropa serta Amerika Serikat (AS) dalam misi genosida Israel terhadap penduduk Palestina di Jalur Gaza.
Mengutip dari Anadolu Agency, Senin, 6 November 2023, salah seorang pengunjuk rasa bernama Laurette Vankeeberghen menyebut peristiwa yang sedang terjadi di Gaza merupakan genosida. Hal ini tidak dapat disangkal seiring melihat fakta pembantaian penduduk Palestina dengan serangan bertubi-tubi Israel.
Ia merefleksikan peristiwa genosida di Rwanda tahun 1994. Saat itu, dirinya berusia 34 tahun dan mengaku tidak begitu menyadari peristiwa genosida di benua Afrika.
Vankeeberghen merasa perlu bersuara atas kemerdekaan Palestina, dan dirinya merasa malu atas sikap Uni Eropa dalam menjaga kondisi kemanusiaan di Gaza.
"AS tidak melakukan apa pun. Barat tidak melakukan apa pun. Rakyat Palestina merasa dibiarkan sendirian," ujar Delia Myra, seorangan demonstran lainnya.
Brussel akan dijadikan tuan rumah unjuk rasa solidaritas besar-besaran Palestina pada 11 November mendatang dengan keikutsertaan entitas dari seluruh Eropa.
Pekan lalu, militer Israel meningkatkan serangan udara dan darat di Jalur Gaza. Serangan tersebut dilakukan bertubi-tubi sejak pejuang Hamas melancarkan serangan kejutan pada 7 Oktober 2023.
Menurut Kementrian Kesehatan Palestina, jumlah korban jiwa dari penduduk Palestina saat ini mencapai 9.770 orang.
"Jumlah korban tewas akibat agresi Israel di Jalur Gaza sejak 7 Oktober adalah 9.770 orang, termasuk 4.800 anak-anak dan 2.550 perempuan," terang pihak kementrian di hari Minggu.
Sementara itu, korban jiwa dari warga Israel berada di kisaran 1.540 orang. (Abdurrahman Addakhil)
Baca juga: Uni Eropa: Pemadaman Listrik dan Isolasi Gaza Langgar Aturan Kemanusiaan
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News