November lalu, laporan The Washington Post menyebutkan bahwa hampir 90 persen dari USD68 miliar bantuan militer telah disetujui Kongres untuk Ukraina telah kembali masuk ke AS. Tujuannya, untuk membuat senjata baru atau mengganti senjata yang dikirim ke Ukraina dari gudang senjata Amerika.
Seorang pejabat Ukraina menegaskan bahwa setiap negara bagian di AS turut berkontribusi dalam upaya ini, sehingga menciptakan lebih banyak lapangan kerja di AS.
Media pemerintah Rusia, Sputnik, melaporkan bahwa Lavrov merujuk pada angka 90 persen ini di Dewan Keamanan PBB. Namun ia mengatakannya tanpa memberikan bukti.
Menlu Rusia tidak dapat membuktikan bahwa AS menggunakan dana bantuan untuk Kyiv dalam memperbarui persenjataannya. Sementara senjata "rongsokan kuno" yang sudah usang digunakan di Ukraina.
Diplomat tinggi Rusia menyatakan bahwa AS memandang konflik di Ukraina sebagai proyek bisnis menguntungkan. Rusia menganggap AS tidak peduli dengan perang yang telah merenggut nyawa ratusan ribu orang.
Lavrov juga menyatakan bahwa perang yang dilancarkan Presiden Rusia Vladimir Putin pada Februari 2022 bukan bertujuan melawan Ukraina atau rakyat Ukraina.
Sebaliknya, Lavrov mengeklaim bahwa Rusia terpaksa melancarkan operasi militer terhadap rezim kriminal Kyiv yang telah melewati batas.
Rusia menganggapnya sebagai respons terhadap kebijakan diskriminasi yang dialami warga Ukraina yang menggunakan bahasa Rusia. (Atika Pusagawanti)
Baca juga: Kongres AS Tak Beri Bantuan, Zelensky: Tak Ada yang Halangi Kami Lawan Rusia!
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News