“Kematian tersebut menandai kematian militer AS pertama di Afghanistan sejak Februari 2020, ketika dua tentara Amerika tewas dalam serangan orang dalam oleh seorang tentara Afghanistan,” menurut laporan The Washington Post, Jumat 27 Agustus 2021.
Sebelumnya di masa pemerintahan mantan Presiden Donald Trump menandatangani kesepakatan dengan Taliban beberapa minggu kemudian, yang mencakup janji bahwa kelompok militan tidak akan menargetkan pasukan AS.
Seorang pejabat Taliban mengatakan sedikitnya 13 orang tewas dalam ledakan itu, termasuk anak-anak, dan banyak penjaga Taliban terluka.
Sementara jumlah korban dari pihak AS diperkirakan akan meningkat. Salah satu dari korban prajurit AS, saat ini dalam keadaan terluka parah.
Juru Bicara Taliban Zabiullah Mujahid mengatakan dalam sebuah pernyataan setelah ledakan mematikan bahwa pejabat Afghanistan "telah memperingatkan pasukan AS tentang kemungkinan kelompok teroris seperti ISIS."
"Taliban berkomitmen pada komunitas internasional dan tidak akan membiarkan teroris menggunakan Afghanistan sebagai basis operasi mereka," ungkap Mujahid.
Presiden Joe Biden telah diberitahu tentang ledakan itu, menurut seorang pejabat Gedung Putih. Biden sedang dalam pertemuan dengan pejabat keamanan tentang situasi di Afghanistan, di mana Amerika Serikat berada dalam langkah terakhir untuk mengakhiri perang 20 tahun, ketika ledakan itu pertama kali dilaporkan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
