Dilansir dari BBC, Minggu 8 Maret 2020, kebakaran melanda pusat pengungsian One Happy Family di dekat Mitilini, ibu kota dari Lesbos. Otoritas setempat belum mengumumkan penyebab pasti terjadinya kebakaran, begitu juga dengan jumlah korban tewas atau luka.
Dalam beberapa hari terakhir, masyarakat setempat menunjukkan sentimen negatif terhadap para imigran di Lesbos. Hal tersebut terjadi di tengah meningkatnya jumlah pengungsi dan imigran yang berkumpul di perbatasan Yunani dari arah Turki.
Ratusan orang berusaha mencapai Lesbos usai Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan "membukakan pintu" bagi para imigran dan pengungsi yang ingin masuk ke Eropa pekan kemarin. Erdogan menegaskan Turki sudah tidak mampu menampung lebih banyak imigran dan pengungsi Suriah.
Namun pada Sabtu kemarin, Erdogan sedikit mengubah posisinya. Ia memerintahkan penjaga pantai Turki untuk menghentikan kelompok imigran yang mencoba menyeberangi Laut Aegean menuju Yunani.
Uni Eropa telah menuduh Erdogan sengaja menggunakan imigran demi kepentingan politik. UE berkukuh bahwa pintu masuk ke sejumlah negara anggota mereka "tertutup" untuk imigran dan pengungsi.
Sementara itu, bentrokan terkait imigran terjadi lagi di perbatasan Yunani dan Turki. Kepolisian Turki menembakkan gas air mata ke kerumunan imigran di perlintasan Kastanies, yang membalas dengan melemparkan batu dan berteriak, "buka gerbangnya."
Eksodus imigran terjadi di tengah meningkatnya operasi militer pasukan Suriah di provinsi Idlib. Pasukan Suriah meneruskan operasi di Idlib demi merebut benteng pertahanan terakhir pemberontak dan ekstremis.
Turki dan Rusia telah menyepakati gencatan senjata di Idlib. Rusia merupakan sekutu utama Suriah dalam konflik berkepanjangan di negara tersebut. Erdogan berharap gencatan senjata tersebut dapat mengakhiri konflik Suriah yang telah berkecamuk sejak 2011.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News