Menjelang pembicaran seputar isu Afghanistan di Sidang Majelis Umum ke-76 PBB, Menteri Luar Negeri Pakistan Shah Mahmood Qureshi mengatakan, prioritas paling mendesak adalah mencegah keruntuhan ekonomi yang lebih parah di negara tetangganya itu.
Jika keruntuhan terjadi, maka krisis kemanusiaan sangat berpotensi menyusul setelahnya
"Di satu sisi, Anda mengumpulkan dana segar untuk mencegah krisis (di Afghanistan), namun di sisi lain, mereka sebenarya memiliki dana tapi tidak dapat digunakan," kata Qureshi, dilansir dari AFP, Selasa, 21 September 2021.
"Saya pikir membekukan aset tidak akan membantu situasi. Saya akan mendesak pihak-pihak terkait, bahwa mereka harus meninjau kembali kebijakan itu dan memikirkan pencairan (aset Afghanistan)," imbuhnya.
Menurut Qureshi, langkah pencairan aset dapat membangunkan kepercayaan diri Afghanistan dan mendorong atmosfer positif di negara tersebut.
Amerika Serikat (AS) telah membekukan aset bank sentral Afghanistan senilai USD9,5 miliar (setara Rp135 triliun). Tidak hanya itu, sejumlah pihak pemberi pinjaman internasional cenderung menjauhi Afghanistan karena khawatir uang yang disalurkan akan disalahgunakan Taliban.
Pakistan adalah pendukung utama Taliban di era 1996-2001. Namun saat ditanya mengenai pengakuan pemerintahan Afghanistan saat ini, Pakistan menuturkan masih terlalu dini untuk membangun hubungan formal.
Baca: PM Pakistan Minta Komunitas Internasional Dukung Masyarakat Afghanistan
"Saya rasa tidak ada pihak yang terburu-buru ingin mengakui (pemerintahan baru di Afghanistan) pada tahap ini," serunya.
"Jika Taliban menginginkan pengakuan, mereka harus lebih sensitif dan lebih menerima opini internasional," imbuh Qureshi.
Ia menyuarakan harapan bahwa Taliban akan lebih bersikap inklusif ke depannya. Namun sejumlah pihak skeptis Taliban dapat melakukan hal itu, terlebih setelah pemerintahan interim yang dibentuknya beranggotakan 100 persen pria. Padahal, Taliban pernah berjanji akan membentuk pemerintahan inklusif dan juga melindungi hak-hak perempuan di Afghanistan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News