Pasukan Suriah yang didukung Rusia telah melancarkan operasi militer besar-besaran ke Idlib sejak Desember 2019. Idlib merupakan benteng pertahanan terakhir pemberontak dan grup ekstremis di Suriah.
Serangan besar-besaran tersebut telah menewaskan ratusan warga Suriah dan juga membuat ratusan ribu lainnya mengungsi ke negara-negara tetangga.
Menurut keterangan Istana Elysee di Paris, Macron mengekspresikan "kekhawatiran mendalam mengenai krisis kemanusiaan" di Idlib. Ia menggarisbawahi perjanjian antara Rusia dan Turki pada 2018 terkait pembentukan zona demiliterisasi di Idlib.
Perjanjian tersebut telah tumbang, karena pasukan Suriah di bawah komando Presiden Bashar al-Assad terus menggempur provinsi Idlib.
"Penghentian kekerasan sangat diperlukan. Rusia dan Turki perlu mengimplementasikan gencatan senjata abadi dan dapat diverifikasi (di Idlib)," ucap Macron, dikutip dari AFP, Minggu 1 Maret 2020.
"Rusia harus menghentikan operasi militer di Suriah barat laut dan menghormati aturan kemanusiaan internasional serta melindungi warga sipil dan juga personel seta akses kemanusiaan," sambungnya.
Macron dan Kanselir Jerman Angela Markel telah menyerukan diadakannya sebuah konferensi tingkat tinggi dengan Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan dan Presiden Rusia Vladimir Putin. KTT yang belum ditentukan tempatnya tersebut diharapkan dapat mengakhiri krisis kemanusiaan di Idlib.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id