Mengutip dari NK News, Rabu, 17 Januari 2024, Kremlin tidak merilis rincian apa pun tentang pertemuan Choe dengan Putin, atau kesepakatan spesifik yang dicapai dalam pembicaraannya dengan Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov.
Namun dalam pidato pembukaan di pertemuan mereka, baik Choe dan Lavrov sama-sama memuji upaya memperkuat kerja sama bilateral dan menggambarkan Rusia dan Korea Utara sebagai dua negara bersatu dalam menentang kekuatan "imperialis" pimpinan Amerika Serikat (AS).
Lavrov mengkritik AS dan "satelit regionalnya" karena telah "menciptakan ancaman keamanan bagi DPRK" yang menghambat "kemajuan positif apa pun," menurut rekaman pidato pembukaan yang diunggah Kementerian Luar Negeri Rusia. DPRK merupakan akronim dari nama resmi Korea Utara.
"Kami akan terus menyerukan penolakan terhadap langkah apa pun yang mengarah pada eskalasi dan meningkatkan ketegangan," ucap Lavrov, seraya mengulangi seruan Rusia untuk perundingan tanpa prasyarat sebagai cara mencapai perdamaian dan stabilitas abadi di Asia Timur Laut.
Lavrov juga mengecam Washington karena "menciptakan format tertutup dan berbasis blok" di kawasan Asia-Pasifik serta "memperluas infrastruktur NATO" di kawasan tersebut, sehingga merusak "mekanisme universal" yang ditetapkan ASEAN.
Baca juga: Usai Luncurkan Rudal Hipersonik, Menlu Korut Bertandang ke Rusia
Sekali lagi, Lavrov berterima kasih kepada Korea Utara karena mendukung "operasi militer khusus Rusia di Ukraina." Hal ini terjadi setelah adanya bukti kuat bahwa Rusia telah menggunakan rudal balistik Korea Utara untuk melawan Ukraina dalam beberapa pekan terakhir.
Dalam sambutannya, Choe menyatakan harapannya bahwa Pyongyang dan Moskow akan meningkatkan hubungan bilateral ke tingkat baru tahun ini, berdasarkan "kesepakatan" yang dicapai para pemimpin kedua negara di pelabuhan antariksa Kosmodrom Vostochny pada September 2023.
Ia mencatat bahwa DPRK dan Rusia akan memperingati ulang tahun kelima pertemuan puncak pertama antara pemimpin Korea Utara Kim Jong-un dan Putin di Vladivostok pada tahun 2019, dan juga peringatan 75 tahun perjanjian kerja sama ekonomi dan budaya bilateral mereka.
Kunjungan Kim Jong-un ke Timur Jauh Rusia tahun lalu berkontribusi pada peningkatan hubungan antara kedua negara dan "menetapkan tonggak sejarah baru dalam menghadapi ancaman militer dan provokasi kekuatan imperialis yang bersatu," kata Choe.
Ia juga menyoroti pentingnya "mengintensifkan pertukaran di berbagai tingkat," termasuk kunjungan "delegasi tingkat tinggi" dan penyelenggaraan "acara politik dan budaya" untuk mempromosikan "perkembangan hubungan antara kedua negara."
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News