Dilansir dari Channel News Asia, Rabu, 17 November 2021, seorang pejabat tinggi AS mengatakan pada Selasa, pembicaraan tidak langsung tersebut terkait menghidupkan kembali kesepakatan nuklir Iran 2015.
Pada 2018, mantan Presiden Donald Trump menarik AS dari pakta di antara negara-negara besar yang dikenal sebagai P5+1 dengan Iran. Negara besar terdiri dari Tiongkok, Prancis, Rusia, Inggris, AS, ditambah Jerman.
Saat itu, guna memulihkan sanksi keras AS, mendorong Iran untuk mulai melanggar pembatasan nuklirnya sekitar setahun kemudian.
“Kedua presiden memiliki kesempatan untuk berbicara tentang bagaimana kita dapat menyelaraskan perspektif kita menuju pertemuan (29 November) itu sehingga P5+1 bersatu dalam berurusan dengan Iran dan mencoba membuka jalan untuk kembali ke (kesepakatan),” kata Penasihat Keamanan Nasional Gedung Putih AS, Jake Sullivan dalam siaran The Virtual.
Pembicaraan AS-Iran tidak langsung, dengan pejabat dari negara-negara lain bolak-balik di antara mereka, dikarenakan Iran menolak kontak langsung dengan pejabat AS.
Sementara Tiongkok, lebih suka menghidupkan kembali perjanjian itu. Tiongkok cenderung menempatkan tanggung jawab pada AS daripada Iran. negara ketiga terbesar di dunia ini menyalahkan AS karena telah meninggalkan kesepakatan dan memberi Iran jalur kehidupan ekonomi, dengan membeli minyak Iran meskipun terdapat sanksi AS. (Nadia Ayu Soraya)
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id