Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) tegaskan subvarian BA.2 tetapi diklasifikasi ke Omicron. Foto: AFP
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) tegaskan subvarian BA.2 tetapi diklasifikasi ke Omicron. Foto: AFP

WHO: Subvarian BA.2 Harus Tetap Diklasifikasikan sebagai Omicron

Medcom • 23 Februari 2022 14:44
Jenewa: Kelompok Penasihat Teknis WHO tentang Evolusi Virus SARS-CoV-2 (TAG-VE2) pada Selasa, 22 Februari 2022 mengatakan, variant of concern (VOC) Omicron kini mendominasi kasus covid-19 di seluruh dunia. Penyebaran subvarian Omicron, BA.2 meningkat dibandingkan BA.1 dan BA.1.1.
 
Subvarian Omicron yang paling banyak ditemukan adalah BA.1, BA.1.1, dan BA.2.
 
“Pada tingkat global, jumlah laporan BA.2 relatif meningkat dibandingkan BA.1 dalam beberapa minggu terakhir,” kata Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dalam pernyataannya, yang diterima Medcom, Rabu 23 Februari 2022.

Kedua subvarian tersebut memiliki perbedaan sifat genetik. Di antaranya, terdapat perbedaan asam amino dalam protein spike dan protein lainnya. Protein spike diketahui merupakan perantara bagi virus untuk melekat dalam tubuh.
 
“Data awal menunjukkan bahwa BA.2 terlihat lebih mudah menular daripada BA.1,” kata WHO.
 
Peneliti selanjutnya akan menelusuri tingginya tingkat penularan subvarian BA.2 dan risiko reinfeksi subvarian tersebut. Sebab, telah ditemukan reinfeksi covid-19 varian BA.2 setelah sebelumnya terjangkit BA.1.
 
Namun, data yang sudah ada menunjukkan jika seseorang telah terpapar BA.1, ia kemungkinan memiliki perlindungan dari BA.2. Meski varian Omicron mendominasi kasus covid-19 yang dilaporkan ke GISAID, penyebaran covid-19 secara keseluruhan mengalami penurunan.
 
“Berdasarkan data transmisi, keparahan, infeksi ulang, diagnostik, terapi, dan dampak vaksin yang tersedia, BA.2 harus terus dianggap sebagai varian yang menjadi perhatian dan harus tetap diklasifikasikan sebagai Omicron.  BA.2 harus terus dipantau sebagai subgaris yang berbeda dari Omicron oleh otoritas kesehatan masyarakat,” imbuh WHO.
 
TAG-VE2 juga melihat hasil eksperimen laboratorium Jepang dan data kasus Afrika Selatan, Inggris, serta Denmark.
 
Eksperimen Jepang menemukan BA.2 menyebabkan penyakit yang lebih parah dibandingkan BA.1 pada hamster tanpa kekebalan terhadap covid-19.
 
Di sisi lain, pada tiga negara dengan tingkat imunitas tinggi, tidak ada perbedaan dalam parahnya penyakit yang disebabkan oleh BA.2 dan BA.1. Ketiganya memiliki kekebalan tinggi karena tingginya tingkat vaksinasi dan penyakit alami.
 
WHO mengarahkan agar seluruh negara tetap waspada, melakukan pemantauan dan pelaporan. Juga, dianjurkan untuk melakukan penelitian dan analisis komparatif terhadap sejumlah subvarian Omicron.
 
Ke depannya, WHO akan terus memantau subvarian BA.2 sebagai bagian dari Omicron. (Kaylina Ivani)  
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(FJR)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan