Ia adalah satu dari dua kandidat tersisa dalam perebutan jabatan ketua Partai Konservatif Inggris (Tory) sekaligus perdana menteri. Rivalnya adalah mantan menteri keuangan Inggris, Rishi Sunak.
Dikutip dari laman Independent, Sabtu, 23 Juli 2022, Truss meyakini penghapusan aturan-aturan UE dapat "mendorong investasi bisnis dan meningkatkan pertumbuhan" Inggris.
Namun sejumlah kritikus memperingatkan langkah semacam itu berpotensi berdampak terhadap hak-hak pekerja.
Truss, Menteri Luar Negeri Inggris yang memilih "Bersama" dalam referendum Brexit 2016, menyatakan diri sebagai "kandidat terbaik untuk menindaklanjuti berbagai kesempatan terkait Brexit."
Klaim tersebut disampaikan dalam upaya mendapat lebih banyak suara dari kalangan internal Tory.
Jika terpilih sebagai PM Inggris, ucap Truss, diriya akan menetapkan semacam tenggat waktu untuk setiap regulasi bisnis terkait UE. Ia akan melihat apakah tiap-tiap aturan itu menstimulasi pertumbuhan domestik Inggris atau justru malah menghambat.
Nantinya, Truss akan mendorong para pakar industri untuk menciptakan "regulasi dalam negeri yang lebih baik" untuk menggantikan berbagai aturan UE.
Tekad Truss dipastikan memicu pertanyaan apakah dirinya mampu menyisir lebih dari 2.000 aturan terkait UE di bawah 1,5 tahun.
"Sebagai perdana menteri nantinya, saya akan mengeluarkan potensi penuh dari Inggris pasca-Brexit," ungkap Truss.
"Saya juga akan mempercepat rencana untuk menyingkirkan aturan UE dari buku statuta kita agar kita dapat mendorong pertumbuhan," sambungnya.
"Berbagi regulasi UE menghambat dunia bisnis kita, dan ini harus berubah. Di Downing Street, saya akan memanfaatkan kesempatan untuk keluar dari aturan dan kerangka UE demi mengkapitalisasi berbagai peluang yang ada di hadapan kita," pungkas Truss.
Baca: Rishi Sunak dan Liz Truss Saling Bertarung untuk Kursi PM Inggris
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News