Saat masih menjabat sebagai Perdana Menteri, Boris Johnson banyak mendapatkan kritik dari mantan pembantunya atas dugaan ketidaktegasan dan kurangnya pemahaman ilmiah selama pandemik.
"Saya memahami perasaan para korban dan keluarga mereka dan saya sangat menyesal atas rasa sakit dan kehilangan serta penderitaan yang dialami para korban dan keluarga mereka," kata Johnson, dilansir dari Anadolu, Kamis, 7 November 2023.
Ia mengakui menyesal atas tindakannya dan siap bertanggung jawab. "Tak pelak lagi, kami melakukan beberapa hal yang salah, kami telah melakukan yang terbaik," tutur Johnson.
Asumsi Publik
The Times mengatakan bahwa dia akan berargumen bahwa ia memiliki "keyakinan dasar, segala sesuatunya akan baik-baik saja" dengan "logika yang keliru" bahwa ancaman kesehatan sebelumnya tidak terbukti menjadi bencana seperti yang dikhawatirkan.Baca: Kasus Covid-19 Naik Lagi, Kemenkes: Tetap Disiplin Prokes. |
Menurut prediksi, ia diperkirakan akan mengatakan pemerintah berhasil mencapai tujuan utamanya mengenai layanan kesehatan yang dikelola negara dengan membuat keputusan yang tepat di saat yang tepat.
Dia juga akan mengatakan meskipun angka kematian di negara itu tinggi, hal itu menentang sebagian besar prediksi yang paling buruk
"Mengakhiri pandemi dengan baik di peringkat bawah tabel liga global untuk angka kematian yang berlebihan,” dilansir dari The Times.
Menurut The Times, Johnson, mundur karena terungkapnya pelanggaran penyelenggaraan pesta pada saat lockdown di Downing Street. Hal ini terbukti dari adanya tinjauan 6.000 halaman bukti dan menghabiskan berjam-jam dalam pembicaraan dengan pengacara.
Dia mungkin akan ditanyai tentang apakah dirinya berpikir bahwa pemerintah pada awalnya berpuas diri dengan pandemi, meskipun ada bukti yang menunjukkan bahwa diperlukannya pendekatan yang lebih proaktif.
Titik terendah
Pemahaman Johnson tentang saran spesialis kemungkinan besar akan mendapat sorotan setelah mantan kepala staf ilmiahnya, Patrick Vallance, mengatakan bahwa mantan perdana menteri itu sering "diperdaya" oleh data.Komentar tentang lockdown dan jumlah korban tewas, termasuk klaim bahwa Johnson menyarankan agar para lansia untuk meninggal karena mereka telah menikmati masa hidupnya.
Johnson membantah klaim yang mengatakan bahwa dia lebih suka "membiarkan mayat-mayat menumpuk" daripada memberlakukan karantina wilayah lagi.
Mantan ajudan utama Johnson, Dominic Cummings dan kepala komunikasi Lee Cain, keduanya mengkritik mantan bos mereka saat memberikan kesaksian dalam penyelidikan.
Cummings mengatakan "titik terendah" adalah ketika Johnson mengedarkan video kepada para penasihat ilmiahnya tentang "seorang pria yang meniupkan pengering rambut khusus ke hidungnya 'untuk membunuh Covid'."
Cain mengatakan bahwa Covid adalah "krisis yang salah" untuk keahlian Johnson, dan menambahkan bahwa dia menjadi "kelelahan" karena keragu-raguan dan ketidakpastiannya dalam menghadapi krisis.
"Dia adalah seseorang yang sering menunda pengambilan keputusan, sering mencari nasihat dari berbagai sumber dan berubah pikiran tentang berbagai masalah," kata Cain.
Perdana Menteri Rishi Sunak, yang merupakan menteri keuangan Johnson selama pandemi, akan dimintai keterangan dalam penyelidikan dalam beberapa minggu mendatang.
Hampir 130.000 orang meninggal akibat covid-19 di Inggris pada pertengahan Juli 2021, salah satu angka kematian per kapita terburuk di antara negara-negara Barat.
Johnson akan bersikeras bahwa keputusan yang diambil pada akhirnya menyelamatkan ratusan ribu nyawa, surat kabar Times melaporkan, mengutip pernyataan tertulis panjang yang akan diterbitkan hari ini. (Kanaya Hairunissa)
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News