Dikutip dari Public Radio of Armenia, Senin, 3 Juli 2023, aksi protes bernuansa kekerasan di Prancis meletus sejak Nahel M, seorang remaja berusia 17 tahun, tewas ditembak polisi karena menolak berhenti saat pemeriksaan lalu lintas.
Berusaha menekan kerusuhan yang melanda kota-kota besar di Prancis sejak lima malam terakhir, Menteri Dalam Negeri Gérald Darmanin pada hari Minggu lalu mengumumkan bahwa 45.000 polisi dan aparat gendarmerie dikerahkan di seantero Prancis.
Walau kerusuhan dan aksi kekerasan masih terjadi di Prancis, intensitasnya sudah mulai menurun sejak malam keempat hingga saat ini.
Nahel M, remaja Prancis asal Aljazair, ditembak polisi dari jarak dekat pada Selasa pagi di Nanterre, wilayah pinggiran Paris. Ia mengendarai Mercedes kuning ketika diminta polisi untuk menepi karena pelanggaran lalu lintas.
Polisi awalnya mengaku bahwa Nahel terpaksa ditembak karena berusaha menabrakkan mobilnya ke petugas. Namun berdasarkan bukti sebuah video, pengakuan tersebut sama sekali tidak benar.
Rekaman video menunjukkan dua polisi berdiri di dekat mobil yang tidak bergerak, dengan satu orang menodongkan senjata ke arah pengemudi.
Sebuah suara terdengar mengatakan, "Kamu akan mendapatkan peluru di kepala." Seorang polisi kemudian muncul dan melepaskan tembakan. Mobil yang dikemudian Nahel tiba-tiba melaju, sebelum akhirnya berhenti secara bertahap.
Insiden itu telah memicu kerusuhan selama lima malam di ibu kota dan kota-kota lain di seluruh Prancis. Selain bentrokan, aksi protes ini juga diwarnai aksi pembakaran dan penjarahan.
Macron telah membatalkan kunjungannya ke Jerman akibat situasi dalam negeri. Kerusuhan selama berhari-hari ini merupakan ujian bagi kepemimpinan Macron, yang telah diuji lewat aksi unjuk rasa menentang kenaikan usia pensiun pada Januari lalu.
Baca juga: Nenek dari Remaja Prancis yang Dibunuh Polisi: Berhenti Berbuat Rusuh!
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News