Rusia berupaya rebut kembali wilayah Ukraina yang lepas. Foto: AFP
Rusia berupaya rebut kembali wilayah Ukraina yang lepas. Foto: AFP

Rusia Berjuang Mati-matian Raih Kembali Wilayah Ukraina yang Lepas

Medcom • 21 Oktober 2022 15:03
Moskow: Pasukan Rusia bertempur pada Kamis 20 Oktober 2022 untuk mendapatkan kembali wilayah yang hilang di wilayah Ukraina yang telah digabung oleh Presiden Rusia, Vladimir Putin.
 
Moskow sendiri mencoba untuk menyerang negara yang diserbu itu agar tunduk dengan lebih banyak serangan rudal dan pesawat tak berawak pada infrastruktur penting.
 
Pasukan Rusia menyerang posisi Ukraina di dekat Bilohorivka, sebuah desa di wilayah Luhansk di Ukraina timur. Di wilayah tetangga Donetsk, pertempuran berkecamuk di dekat kota Bakhmut. Sementara separatis yang didukung Kremlin telah menguasai sebagian dari kedua wilayah tersebut selama 8,5 tahun.

Putin sendiri mengumumkan darurat militer di Luhansk, Donetsk dan wilayah Zaporizhzhia serta Kherson di Ukraina selatan pada hari Rabu dalam upaya untuk menegaskan otoritas Rusia di daerah-daerah yang mengalami penggabungan setelah serangkaian kemunduran medan perang dan mobilisasi pasukan yang bermasalah.
 
Status wilayah yang diserap secara ilegal itu sangat tidak jelas, terutama terlihat di ibu kota wilayah Kherson. Tempat itu adalah tempat di mana pejabat militer Rusia telah menggantikan para pemimpin sipil yang ditempatkan Kremlin di tengah evakuasi massal dan serangan balasan Ukraina yang sedang berlangsung.
 
Kota Kherson dengan populasi sebelum perang sekitar 284 ribu adalah adalah salah satu daerah perkotaan pertama yang direbut oleh Rusia ketika menginvasi Ukraina. Kota itu pun tetap menjadi target utama bagi kedua belah pihak karena industri utamanya dan pelabuhan sungai yang utama. 
 
Para pejabat mengatakan 15 ribu dari 60 ribu penduduk yang direncanakan, telah meninggalkan kota pada Kamis untuk mengantisipasi serangan intensif.
 
Di sisi lain, kantor kepresidenan Volodymyr Zelensky pada Kamis mengatakan bahwa pasukan Ukraina terus menyerang musuh dan meningkatkan 15 serangan terhadap benteng militer Rusia di wilayah Kherson.
 
Sementara itu, Rusia terus meningkatkan serangannya terhadap infrastruktur energi Ukraina, mengirimkan drone dan rudal ke delapan wilayah.Menurut kantor kepresidenan Ukraina, setidaknya tiga warga sipil tewas dan 14 lainnya terluka dalam serangan semalam di seluruh Ukraina
 
Di Kryvyi Rih, serangan Rusia merusak pembangkit listrik dan fasilitas energi lainnya, memutus aliran listrik ke kota Ukraina tengah yang berpenduduk sekitar 600 ribu jiwa. Selain sebagai kampung halaman Zelensky, Kryvyi Rih merupakan rumah bagi beberapa pabrik metalurgi besar yang merupakan kunci ekonomi Ukraina. 
 
Gubernur regional, Valentin Reznichenko mengatakan kota itu telah mengalami kerusakan yang serius.
 
Tidak hanya itu saja, pihak berwenang Ukraina juga mengatakan bahwa serangan rudal dan pesawat tak berawak memicu beberapa kebakaran di kota selatan Mykolaiv, dengan empat pesawat tak berawak menghantam sebuah sekolah. 
 
Sekolah lain di Komyshuvakha, sebuah desa di wilayah Zaporizhzhia, juga menerima empat serangan drone dan mengalami kerusakan. Pihak berwenang melaporkan tidak ada korban jiwa.
 
Serangan berkelanjutan Rusia terhadap infrastruktur Ukraina sendiri telah mendorong pihak berwenang untuk meminta penduduk mengurangi konsumsi energi mereka dari pukul 7:00 hingga 11:00 mulai pada hari Kamis dan untuk meredupkan lampu jalan kota. Mereka juga memperingatkan adanya pemadaman bergilir.
 
“Sekarang, setiap tanda bisnis, papan reklame, atau mesin cuci yang menyala dapat menyebabkan penghentian darurat yang serius,” ujar Reznichenko, seperti yang dikutip dalam laman Stuff, pada Jumat, 21 Oktober 2022.
 
Sementara itu, staf umum tentara Ukraina mengatakan ada kemungkinan besar bahwa pasukan Rusia dapat melancarkan serangan dari Belarus dengan tujuan memotong rute pasokan senjata dan peralatan militer Barat.
 
Selain itu, Oleksei Hromov, wakil kepala departemen operasional utama staf umum, juga mengatakan bahwa Rusia tengah mengerahkan pesawat dan pasukan ke pangkalan udara dan fasilitas infrastruktur militer di Belarus.
 
Meskipun Kremlin mengklaim sebaliknya, seorang ahli militer terkemuka Rusia tanpa disadari mengakui bahwa Iran telah memasok Rusia dengan drone yang digunakannya di Ukraina.
 
Hal ini dikarenakan Ruslan Pukhov, kepala Pusat Analisis Strategi dan Teknologi, sebuah wadah pemikir yang berbasis di Moskow terlihat meminta wartawan sebelum wawancara televisi untuk tidak menanyakan dari mana drone itu berasal, tanpa menyadari bahwa dirinya sedang siaran langsung.
 
“Kita semua tahu bahwa itu buatan Iran, tetapi pihak berwenang belum mengakuinya,” ujar Pukhov.
 
Sementara itu, juru bicara Kementerian Luar Negeri, Rusia Maria Zakharova pada hari Kamis menepis laporan bahwa Moskow menggunakan drone Shahed buatan Iran di Ukraina adalah rumor dan asumsi yang dibuat-buat.
 
Saat ditanya pada hari Selasa apakah Rusia menggunakan drone dari Iran untuk mencapai target di Ukraina, juru bicara Kremlin, Dmitry Peskov  pada hari Selasa menekankan bahwa peralatan Rusia dengan nama Rusia sedang digunakan. Drone Iran itu memang dilaporkan telah diganti namanya menjadi Geran-2 oleh Rusia.
 
Di sisi lain, Menteri Luar Negeri Iran, Hossein Amirabdollahian mentweet di media sosial Twitter miliknya bahwa dia telah mengatakan kepada kepala urusan luar negeri Uni Eropa bahwa tuduhan pengiriman rudal Iran ke Rusia untuk digunakan dalam perang dengan Ukraina adalah tuduhan yang tidak berdasar.
 
“Kami memiliki kerja sama defensif dengan Rusia, tetapi tanpa ragu, mengirim senjata dan pesawat tak berawak ke Ukraina bukanlah kebijakan kami,” ujar Amirabdollahian.
 
Uni Eropa sendiri pada hari Kamis telah menjatuhkan sanksi terhadap Industri Penerbangan Shahed Iran serta tiga jenderal angkatan bersenjata Iran karena merusak integritas teritorial Ukraina dengan membantu memasok Rusia dengan pesawat tak berawak.
 
Dalam tanda lain dari mobilisasi Rusia yang goyah, pihak berwenang Ukraina mengatakan lebih dari 3 ribu orang Rusia sejauh ini telah menghubungi saluran telepon khusus untuk tentara yang tidak ingin ambil bagian dalam perang dan ingin menyerah.
 
Juru bicara saluran telepon, Vitalii Matvienko sendiri mengatakan bahwa lebih banyak orang Rusia menelepon setelah Putin memerintahkan panggilan tentara cadangan bulan lalu. Beberapa dari mereka bahkan menangis karena takut akan kemungkinan direkrut.
 
“Ketika serangan balik Ukraina maju, jumlah panggilan meningkat,” ujar Matvienko kepada The Associated Press dalam sebuah wawancara.
 
Sementara itu, Ukraina mengatakan pihaknya menjamin keselamatan siapa pun yang menyerah sesuai dengan hukum internasional dan bahwa mereka dapat kembali ke Rusia atau mengajukan permohonan untuk tinggal di beberapa negara Uni Eropa atau di Ukraina. (Gabriella Carissa Maharani Prahyta)

 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(FJR)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan