Sabtu kemarin, Biden menjadi presiden pertama dalam sejarah AS yang melabeli pembantaian Armenia di tahun 1915 sebagai sebuah genosida. Selama ini, belum pernah ada presiden AS yang menyatakan hal tersebut atas pertimbangan hubungan bilateral dengan Turki.
Ucapan Biden disambut meriah masyarakat Armenia, namun dikecam keras Turki dan beberapa negara sahabatnya, termasuk Azerbaijan.
Baca: Azerbaijan Sebut Pernyataan 'Genosida' Biden Kesalahan Sejarah
"Akan ada beragam reaksi dalam beberapa hari dan bulan ke depan," ujar Ibrahim Kalin, juru bicara sekaligus penasihat Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan, dilansir dari laman Global News.
Kalin tidak menyebutkan secara spesifik apakah Ankara nantinya akan melarang masuk pasukan AS ke pangkalan udara Incirlik di wilayah selatan Turki. Selama ini, pangkalan udara tersebut digunakan untuk mendukung koalisi AS dalam memerangi kelompok militan Islamic State (ISIS) di Suriah dan Irak.
Sebeluum Kalin, sejumlah pejabat Turki sudah terlebih dahulu melayangkan kecaman kepada Biden. Sementara Erdogan dijadwalkan merespons isu Biden usai menggelar rapat kabinet pada Senin ini, 26 April 2021.
"Di waktu dan tempat yang kami anggap tepat, kami akan terus merespons pernyataan yang sangat disayangkan ini," tegas Kalin.
Pembantaian di tahun 1915 dimulai dari tuduhan pengkhianatan yang dialamatkan Kekaisaran Ottoman kepada umat Kristiani Armenia usai mereka mengalami kekalahan telak dari pasukan Rusia.
Ottoman pun mulai mendeportasi warga Armenia ke arah gurun pasir Suriah dan tempat lainnya. Ratusan ribu warga Armenia kemudian dibantai, atau meninggal karena kelaparan dan terkena penyakit.
Kekejaman kala itu disaksikan banyak saksi mata, termasuk jurnalis, misionaris, dan diplomat.
Jumlah warga Armenia yang tewas pada 1915 selalu diperdebatkan. Armenia mengatakan jumlahnya mencapai sekitar 1,5 juta, sementara Turki mengestimasi di kisaran 300 ribu.
Meski otoritas Turki modern mengaku bahwa kekejaman itu memang terjadi, mereka berkukuh tidak pernah ada upaya sistematis untuk menghancurkan umat Kristiani Armenia. Turki mengatakan, banyak juga Muslim yang tewas saat itu, di tengah kekacauan era Perang Dunia I.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News