"Mari kita bertindak sekarang juga demi mengamankan masa depan tanpa kekeringan," seru Guterres dalam sebuah pesan dalam Hari Dunia untuk Memerangi Desertifikasi dan Kekeringan.
Ia mengatakan kekeringan di semua wilayah sudah semakin intens dan sering terjadi. Kehidupan jutaan orang di banyak negara juga terancam oleh meningkatnya intensitas badai pasir, kebakaran hutan, kegagalan panen, dan beragam konflik.
Guterres mengingatkan bahwa pada pertengahan abad ini, tiga perempat dari seluruh orang di dunia dapat hidup di tengah kekeringan.
"Perubahan iklim memang berkontribusi atas semua ini, tapi begitu juga dengan perilaku kita dalam menjaga lingkungan," ungkapnya, dikutip dari Xinhua, Sabtu, 18 Juni 2022.
Separuh dari populasi dunia, lanjut Guterres, sudah terkena konsekuensi dari degradasi lahan. Namun ia optimistis bahwa "kita bisa dan harus mengakhiri tren buruk ini."
"Kita dapat memulihkan lahan-lahan yang sudah rusak. Setiap dolar yang diinvestasikan untuk memulihkan lahan dapat memberikan benefit 30 kali lipat lebih besar dari nilai awalnya," sebut Guterres.
Baca: Potret Waduk Terbesar di AS Dilanda Kekeringan Parah
Meski sudah ada banyak kisah restorasi lahan di dunia, termasuk area Great Green Wall of the Sahel di Afrika, Guterres mengatakan bahwa "masih banyak pekerjaan yang harus kita kerjakan."
"Merawat lingkungan dan biodiversitasnya dapat membantu menangani perubahan iklim dan mendorong kita semua dalam mencapai Tujuan Pembangunan Berkelanjutan," pungkas Guterres.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News