Dilansir dari Aljazeera, perjuangan Presiden Recep Tayyip Erdo?an sukses menyerukan kepada masyarakat untuk bangkit dan menyerang balik faksi di tubuh Angkatan Bersenjata Turki tersebut.
“Kami akan mengatasi ini. Saya tidak pernah mengakui kekuatan apa pun di atas kehendak rakyat,” kata Erdo?an
Saat itu, penyerangan berencana yang bertubi-tubi meluluhlantakkan hampir seluruh objek vital milik pemerintah. Penyerangan pun menyasar masyarakat sipil. Sekitar 251 orang tewas dalam penyerangan kudeta militer Turki ini.
Berbagai dukungan mancanegara sempat datang, salah satunya Amerika Serikat. “Semua pihak di Turki harus mendukung pemerintah Turki yang terpilih secara demokratis, menahan diri, dan menghindari kekerasan atau pertumpahan darah,” ujar Presiden Barack Obama saat itu.
Masyarakat sipil negara transbenua ini tanpa pandang latar belakang ekonomi dan sosial berkumpul dan bersatu. Mereka disebut melakukan penyerangan balik serentak di beberapa titik Kota Istanbul dan Ankara.
Pada 16 Juli 2016, gedung parlemen di Ankara diketahui menjadi saksi bisu aksi kudeta berdarah ini. Para anggota parlemen dan kepolisian yang sedang berada di dalamnya diserang oleh bombardir dan tembakan dari kelompok kudeta.
Dalam mengenang peristiwa ini, Erdo?an mendirikan museum 15 Temmuz Demokrasi guna memperingati masyarakat yang berjuang dan menjadi martir atas kudeta militer Turki.
Hingga kini, sudah lebih dari 300 orang ditangkap, disidangkan, dan dipenjara. Mereka adalah anggota militer Turki yang terbukti terlibat dalam upaya penggulingan pemerintahan turki saat itu. (Nadia Ayu/Al Jazeera)
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News