Ketegangan antara Kosovo dan Serbia meningkat sejak November lalu. Kala itu, perwakilan etnis Serbia di utara Kosovo meninggalkan sejumlah institusi negara, termasuk kepolisian dan pengadilan, sebagai bentuk protes atas keputusan pemerintah yang mengganti pelat nomor kendaraan yang dirilis Serbia.
Menteri Dalam Negeri Kosovo Xhelal Svecla mengatakan pada Selasa kemarin bahwa Serbia berusaha menggoyang stabilitas Pristina.
Mengutip dari laman The New Daily, Serbia membantah hendak menggoyang stabilitas tetangganya, dan mengaku hanya ingin melindungi etnis minoritas di area perbatasan. Rusia juga membantah tuduhan Kosovo bahwa Moskow menggunakan semacam pengaruh dalam ketegangan kedua pihak.
"Serbia adalah negara berdaulat, dan tentu salah jika ada yang berkata bahwa Rusia menggunakan pengaruh destruktifnya dalam hal ini," kata juru bicara Kremlin, Dmitry Peskov.
Selama lebih dari 20 tahun, Kosovo telah menjadi sumber ketegangan antara Barat dan Rusia. Negara-negara Barat mendukung status Kosovo sebagai negara, sementara Rusia cenderung condong ke Serbia.
Sejak 10 Desember, etnis Serbia di Kosovo utara telah terlibat baku tembak dengan polisi dan membangun lebih dari 10 barikade jalan di dalam dan sekitar Mitrovica. Aksi tersebut dilakukan usai ditangkapnya seorang eks polisi etnis Serbia yang dituduh menyerang rekan sesama aparat.
Senin kemarin, Serbia meningkatkan kewaspadaan pasukannya ke level tertinggi dalam mengantisipasi ketegangan dengan Kosovo. Satu hari setelahnya, Presiden Serbia Aleksandar Vucic memeriksa langsung kesiapan pasukan di perbatasan.
Baca: Tentara Serbia Diperintahkan untuk Siap Tempur, Mau Perang?
Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow akun Google News Medcom.id
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News