Di sisi lain, Presiden Vladimir Putin mengulangi klaim Rusia yang tidak berdasar pada hari Kamis bahwa Ukraina sedang bersiap untuk meledakkan bom kotor di wilayahnya dan menyalahkan Moskow.
Sementara itu, Ukraina dan Barat mengatakan bahwa klaim tersebut merupakan informasi salah yang menyesatkan dan dapat digunakan sebagai dalih oleh Kremlin untuk meningkatkan perang, mungkin dengan senjata nuklir taktis.
"Kami belum melihat apa pun yang menunjukkan bahwa Putin telah membuat keputusan untuk menggunakan bom kotor, kami juga belum melihat indikasi bahwa Ukraina merencanakan hal seperti itu," ujar Austin kepada wartawan di Pentagon, seperti yang dikutip dalam laman The Straits Times, pada Jumat, 28 Oktober 2022.
Austin juga mengatakan bahwa dia sangat prihatin dengan eskalasi setelah klaim Rusia baru-baru ini tentang serangan bom kotor.
“Itulah mengapa kami percaya bahwa penting untuk berkomunikasi dengan sekutu dan aliansi kami dan juga dengan musuh kami,” tambahnya, mencatat bahwa selama Amerika Serikat dapat menyampaikan apa yang penting bagi diri mereka, maka mereka akan memiliki kesempatan untuk mengelola eskalasi.
Kebutuhan untuk mencegah perang nuklir sendiri telah menggantung di atas pengambilan keputusan Gedung Putih sejak sebelum Rusia menginvasi Ukraina pada bulan Februari.
Pada Jumat lalu, Austin menginisiasi panggilan telepon dengan Sergei Shoigu, Menteri Pertahanan Rusia. Panggilan tersebut merupakan panggilan pertama setelah kedua pria itu berbicara sejak Mei.
Percakapan itu dimaksudkan untuk mengidentifikasi garis merah yang berpotensi memprovokasi Rusia untuk meluncurkan serangan nuklir ke Ukraina dan untuk mengklarifikasi kepada pemerintahan Biden mengapa Putin meningkatkan prospek serangan nuklir di Ukraina.
Pejabat Kementerian Pertahanan AS kemudian terkejut ketika dua hari kemudian Shoigu meminta panggilan lain, pada pukul 7.30 pagi pada Minggu, di mana ia menuduh Ukraina bersiap untuk menggunakan bom kotor.
Amerika Serikat sendiri telah mengecam serentetan serangan Moskow baru-baru ini yang menggunakan rudal jarak jauh dan meledakkan drone buatan Iran untuk melumpuhkan infrastruktur listrik dan pemanas di kota-kota Ukraina dan menurunkan moral penduduk.
Sementara itu, Ukraina telah memohon kepada pihak Barat untuk sistem pertahanan udara yang lebih maju. Austin pada hari Kamis mengatakan bahwa Amerika Serikat dapat mulai melatih pasukan Ukraina untuk menggunakan dua Sistem Rudal Permukaan-ke-Udara Tingkat Lanjut Nasional (National Advanced Surface-to-Air Missile Systems), yang dikenal sebagai NASAMS, paling cepat bulan depan.
Sistem tersebut masing-masing dilengkapi dengan rudal berpemandu radar yang cukup kuat untuk menjatuhkan jet tempur, drone tempur, dan rudal jelajah, Mereka juga akan memberikan jangkauan jarak pendek hingga menengah sekitar 18 hingga 30 mil (29-40 kilometer). (Gabriella Carissa Maharani Prahyta)
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id