Mengutip dari laman jpost.com, Minggu, 26 November 2023, tulisan Wilders menyiratkan bahwa konflik terbaru Israel-Palestina dapat diselesaikan dengan merelokasi semua warga Palestina ke Yordania.
Usulan langkah tersebut secara efektif telah mengubur hak Palestina dalam mendirikan negara independen dan berdaulat. Komentar Wilders bertentangan dengan konsensus internasional dan sejumlah resolusi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) yang mendorong Solusi Dua Negara (Two-State Solution) atas konflik Israel-Palestina.
Dalam Solusi Dua Negara, Palestina akan menjadi sebuah negara independen dan berdaulat dengan Yerusalem Timur sebagai ibu kotanya.
Tak lama usai pernyataan kontroversial Wilders, Kementerian Luar Negeri dan Ekspatriat Palestina melayangkan kutukan keras. Pihak kementerian mengatakan bahwa komentar tersebut "tidak hanya bersifat ofensif, tapi juga berbahaya."
"Pernyataan tersebut mementahkan hak warga Palestina untuk menentukan nasib sendiri dan mendirikan negara independen," kata Duta Besar Sufyan Qudah selaku juru bicara Kemenlu Palestina.
Ia menekankan bahwa pernyataan Wilders tidak bernilai serta tak berdampak, dan hanya menyoroti sikap rasisme dan ekstremisme. Dubes Qudah menegaskan bahwa pernyataan Wilders merupakan bagian dari budaya kebencian yang sudah seharusnya dikecam secara universal.
Sebelumnya, Wilders mengaku sudah tidak sabar ingin menjadi Perdana Menteri berikutnya di Belanda. Ia mengaku memfokuskan upaya untuk membatasi imigrasi, dan menyusul kemenangan penting dalam pemilu yang akan berdampak pada Belanda dan Eropa.
Kerap disebut sebagai 'Donald Trump-nya Belanda,' berjanji akan memotong pembayaran Belanda ke Uni Eropa dan memblokir masuknya anggota baru, termasuk Ukraina.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News