"Saya meminta kepada Allah untuk melindungi masjid kami. Saya meminta kepada Allah untuk melindungi Ukraina dan untuk menghukum para tiran," kata Mullah Murat Suleymanov dalam doa di bulan suci Ramadan, seperti dikutip AFP, Selasa 4 April 2023.
"Ramadan adalah bulan kemenangan," katanya kepada jemaah kecil yang terdiri dari 16 orang, 11 di antaranya berseragam termasuk seorang perempuan.
Masjid ini memiliki banyak jendela dan dinding yang pecah dan diadu oleh pecahan peluru. Sebuah roket meledak di dekatnya dua hari sebelumnya.
Di antara para jamaah adalah Said Ismagilov, mantan salah satu pemimpin spiritual Muslim Ukraina.
Ketika perang dimulai, dia berhenti dan sekarang bekerja sebagai sopir ambulans dengan paramedis sukarela, mengevakuasi tentara yang terluka dari garis depan.
Berambut berpasir dan berkacamata, Ismagilov, 44 tahun, adalah seorang Tatar, kelompok etnis Muslim.
Dia mengenakan penutup lengan dari batalion ASAP Rescue-nya dan menunjukkan ambulansnya diparkir di luar, dengan penyok yang ditempel karena pecahan peluru.
Perlindungan Allah
Ismagilov berkata bahwa dia merasakan "kehendak dan perlindungan Allah" di tengah bahaya."Ada kalanya ambulans saya penuh dengan pecahan peluru. Syukurlah, saya tidak terluka,” tegasnya.
Ketika perang pecah, dia menjabat sebagai mufti administrasi agama Umma Ukraina selama 13 tahun.
Namun masjid tempatnya bertugas dikosongkan karena banyak yang mengungsi.
"Saya menyadari saya tidak berguna dan memilih untuk "berdiri dan membela tanah air saya,” imbuhnya.
"Sekarang saya mengevakuasi orang yang terluka,” tambahnya.
Tahun lalu Ismagilov menghabiskan Ramadan di Lysychansk, sebuah kota yang mengalami penembakan yang sangat berat sebelum militer Ukraina akhirnya mundur.

Prajurit Muslim Ukraina. Foto: AFP
Salah satu hari raya umat Islam yang paling penting, Ramadan mengharuskan orang-orang beriman untuk tidak makan dan minum dari Subuh hingga malam hari selama sebulan.
Terlepas dari pekerjaannya di masa perang, Ismagilov mengatakan dia masih bisa menjalankan aturan puasa Ramadan.
"Saya sudah terbiasa menghabiskan Ramadan dengan perang, jadi tahun ini bukanlah hal baru bagi saya," kata Ismagilov.
"Saya memiliki semua yang saya butuhkan untuk berpuasa sesuai dengan semua tradisi Muslim,” ucap Ismagilov.
"Saya tidak berada di kondisi buruk sekarang. Saya menghabiskan sebagian besar siang hari dengan mengemudi atau di titik stabilisasi," katanya.
Sulit menjadi Muslim
Selain itu Ismagilov juga mencoba menyesuaikan diri dalam beberapa jam berdoa di malam hari."Sulit bagi umat Islam yang harus tinggal di parit. Kondisinya dingin dan ada banyak air di parit karena sering hujan. Susah jadi muslim di sana," ujarnya.
Ismagilov mengatakan dia tidak tahu bagaimana dia akan merayakan akhir Ramadan, Idulfitri, akhir bulan ini.
“Anda beruntung jika bisa mengunjungi masjid sekarang dan Anda tidak pernah tahu berapa banyak orang yang akan datang, atau apakah mereka akan datang,” ucapnya.
"Jika terjadi penembakan hebat, kami mungkin akan berkumpul di ruang bawah tanah untuk berdoa di sana,” jelas Ismagilov.
Ismagilov dibesarkan di kota Donetsk di timur Ukraina.
Penasaran dengan warisan Muslim keluarganya – yang hanya sedikit diketahui orang tuanya – dia belajar teologi di sebuah universitas Islam di Moskow dan kemudian menjadi seorang imam di Donetsk.

Pasukan Muslim Ukraina turut berperang lawan Rusia. Foto: AFP
Meskipun dibesarkan di wilayah yang sebagian besar berbahasa Rusia, dia sekarang lebih suka berbicara bahasa Ukraina.
"Saya pikir itu menjijikkan ketika Muslim Rusia mendukung perang,” katanya.
Rusia memperlakukan etnis minoritasnya, banyak dari mereka Muslim, sebagai "orang-orang berkualitas rendah" dan "menggunakan mereka sebagai umpan meriam" dalam perang, katanya.
"Bukan rahasia lagi bahwa sebagian besar tentara musuh yang tewas berasal dari etnis Buryatia, Tuva, Dagestan, Tatarstan, Chechnya," katanya, menyebut wilayah Rusia dengan jumlah Muslim dan Budha yang besar.
"Saya sangat yakin bahwa banyak pejuang Muslim yang ambil bagian dalam pertempuran ingin berpuasa karena dalam hal ini mereka merasa lebih baik dengan bantuan Allah," kata Mufti Suleymanov kepada AFP.
Mengenakan jubah panjang dan topi putih, dia terpilih sebagai mufti November lalu, menggantikan Ismagilov.
Seorang tentara yang berdiri di luar mesjid mengatakan dia sedang berpuasa dan kebanyakan tentara Muslim melakukannya, kecuali mereka sedang dalam misi tempur.
“Kalau langsung ke garda paling depan, boleh tidak puasa. Kalau tidak panas dan tidak tersiksa haus, maka boleh puasa,” pungkasnya.
Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow akun Google News Medcom.id
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News