Harris, yang diusung Partai Demokrat sebagai penerus Presiden Joe Biden, dinilai memiliki keunggulan sebagai figur baru di panggung politik kepresidenan.
“Harris membawa angin segar sebagai kandidat perempuan pertama dari Demokrat, serta menawarkan kebijakan yang lebih moderat dibandingkan gaya Trump yang kerap kontroversial,” ujar Yon Machmudi, Pengamat Hubungan Internasional asal Universitas Indonesia saat dihubungi Medcom.id, Senin, 4 November 2024.
Selain itu, Harris diharapkan bisa menarik suara dari kelompok pemilih progresif yang menginginkan pemimpin stabil dan tidak memecah belah.
Namun, Trump juga bukan tanpa keunggulan. Sebagai mantan presiden, ia memiliki basis pendukung yang loyal dan popularitas yang tinggi di kalangan pemilih Partai Republik.
Menurut Yon, Trump menggunakan retorika populis yang kuat, yang menarik banyak pendukung di akar rumput meski gaya komunikasinya cenderung kontroversial.
“Bagi sebagian pemilih, Trump dianggap lebih tegas dan langsung dalam mengambil keputusan, meskipun terkadang kebijakannya tidak bisa diprediksi,” tambah Yon.
Yon juga menyoroti bahwa kemenangan salah satu dari mereka akan berdampak besar pada politik global dan hubungan luar negeri AS. Jika Harris terpilih, kebijakan luar negeri AS diperkirakan akan lebih stabil dan kooperatif, mirip dengan kebijakan Biden.
Sebaliknya, terpilihnya Trump mungkin akan membawa perubahan kebijakan yang mendadak, terutama terkait perdagangan dan isu geopolitik Asia yang bisa berdampak pada hubungan dengan Indonesia.
Pilpres AS 2024 ini diyakini akan menjadi salah satu yang paling menentukan, dengan selisih perolehan suara yang tipis di antara kedua kandidat. Baik Harris maupun Trump diharapkan mampu menawarkan visi yang sesuai dengan harapan warga AS dalam menentukan pemimpin mereka untuk empat tahun ke depan. (Muhammad Reyhansyah)
Baca juga: Harris dan Trump Masih Bersaing Ketat, Hasil Pilpres AS Sulit Diprediksi
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News