Pada kesempatan tersebut, Menlu menekankan pentingnya pasokan pupuk dunia untuk atasi krisis pangan dan menjelaskan mengenai persiapan KTT G20.
“Jika kita gagal mengatasi masalah pupuk, situasi pangan akan memburuk, khususnya terkait beras. Dan masalah beras ini berkaitan dengan 2 miliar manusia,” kata Menlu Retno, dikutip dari keterangan Kemenlu RI, yang diterima Medcom.id, Jumat 23 September 2022.
Pada kesempatan tersebut, Menlu Retno juga membahas persiapan KTT G20. Dunia menumpukkan harapan pada G20 sebagai katalis pemulihan ekonomi global, dan G20 harus dapat memenuhi harapan tersebut. Lebih jauh, dia mangatakan bahwa G20 tidak boleh tersandera oleh dinamika geopolitik.
“Saya harap negara MIKTA dapat mendukung keberhasilan G20, terutama KTT 20 di Bali pada November mendatang, dan memastikan KTT dapat menghasilkan concrete deliverables yang berisi komitmen untuk mengatasi tantangan global,” ujar Menlu Retno.
Menlu juga menyinggung mengenai situasi warga Rohingya yang tak kunjung membaik, bahkan cenderung memburuk. Sebanyak 1,1 juta warga Rohingnya terperangkap di Cox Bazaar dan rentan menjadi korban perdagangan manusia dan radikalisme. Upaya mengatasi isu ini dipersulit oleh situasi di Myanmar yang juga tidak mudah karena tidak ada kemajuan dalam penerapan 5 Poin Konsensus.
Menyangkut isu perlindungan sosial yang menjadi topik pertemuan, Menlu Retno menggarisbawahipentingnya memperluas cakupan perlindungan sosial di tingkat nasional dan memperkecil kesenjangan cakupan jaminan sosial antar negara.
Pada pertemuan tersebut, para Menlu MIKTA tekankan komitmen organisasi itu sebagai middle-power untuk berikan kontribusi konkrit dalam atasi krisis kemanusiaan di beberapa negara. Khususnya untuk membantu meningkatkan social protection untuk antisipasi krisis di masa depan.
Indonesia akan menjadi Ketua MIKTA pada 2023.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News