Havana: Presiden Venezuela Nicolas Maduro memerintahkan penutupan kedutaan dan konsulat negaranya di Ekuador pada Selasa, 16 April 2024. Langkah ini diambil sebagai solidaritas dengan Meksiko dalam protesnya atas penggerebekan oleh otoritas Ekuador terhadap kedutaan Meksiko di Quito.
Maduro dan presiden-presiden lain yang berpartisipasi dalam pertemuan virtual Komunitas Negara-negara Amerika Latin dan Karibia menyatakan dukungan mereka terhadap permintaan Meksiko agar PBB menangguhkan Ekuador dari badan dunia tersebut atas serangan 5 April. Tapi Maduro adalah satu-satunya yang mengumumkan penarikan misi diplomatik.
“Kecamannya sudah bulat, total, mutlak,” kata Maduro, mengacu pada reaksi negatif yang ditimbulkan dari tindakan Ekuador.
“Tidak ada seorang pun di dunia ini yang membela tindakan biadab ini,” ucap Maduro, dikutip dari NBC News, Rabu, 17 April 2024.
Presiden Ekuador Daniel Noboa telah memerintahkan pihak berwenang untuk menggerebek pos diplomatik Meksiko untuk menangkap mantan Wakil Presiden negara itu, Jorge Glas, seorang terpidana kriminal dan buronan yang bersembunyi di kedutaan sejak bulan Desember. Meksiko memberinya suaka beberapa jam sebelum penggerebekan.
Penggunaan kekuatan yang tidak biasa ini langsung mendapat kecaman dari pemerintah di seluruh dunia, karena lokasi diplomatik dianggap sebagai wilayah asing dan “tidak dapat diganggu gugat” berdasarkan perjanjian Wina.
Noboa, yang tidak berpartisipasi dalam pertemuan Selasa, mengatakan pekan lalu bahwa dia mengizinkan penggerebekan tersebut “untuk melindungi keamanan nasional.”
Pemerintahannya berpendapat bahwa Glas dicari karena hukuman pidana korupsinya dan bukan karena alasan politik. Noboa menuduh Meksiko melanggar perjanjian Wina dengan memberinya suaka.
Meksiko memutuskan hubungan diplomatik dengan Ekuador segera setelah serangan itu dan menarik kembali misi diplomatiknya. Mereka berharap dapat menggunakan pertemuan regional Amerika Latin (CELAC) untuk menggalang persatuan dalam kasusnya baik di PBB maupun di Mahkamah Internasional.
Presiden Honduras Xiomara Castro, yang saat ini memimpin CELAC, membuka pertemuan dengan membacakan usulan pernyataan yang mengecam tindakan Ekuador. Dia kemudian menampilkan video otoritas Ekuador yang membobol Kedutaan Besar Meksiko, disertai musik dramatis.
Presiden Meksiko Andres Manuel Lopez Obrador mengikuti hal yang sama, mengulangi tuntutannya agar Ekuador dikeluarkan dari PBB sampai negara tersebut meminta maaf dan berjanji tidak akan melakukan hal serupa lagi.
“Jika kita tidak melakukan ini, kita tidak akan bisa hidup di dunia yang diatur oleh norma-norma, hukum,” kata Lopez Obrador.
“Kita akan hidup di dunia gorila,” sambung dia.
Presiden Meksiko tersebut mengutip pemimpin otoriter Chile yang terkenal, Augusto Pinochet, yang memerintah dari 1973 hingga 1990, dan mengatakan bahkan Pinochet tidak menyerang kedutaan Meksiko ketika para pembangkang Chile mencari perlindungan di sana.
“Pinochet tidak berani menyerang kedutaan kami, diktator yang menakutkan itu,” kata Lopez Obrador.
Maduro mengatakan, dia telah memerintahkan semua personel diplomatik kembali ke Venezuela “sampai hukum internasional dipulihkan di Ekuador.” Menurut Maduro, Glas, yang kini ditahan di penjara dengan keamanan maksimum di kota pelabuhan Guayaquil, “harus dikembalikan ke kedutaan Meksiko dan mendapatkan suaka politiknya.”
Noboa menuai kritik tambahan karena tidak hadir pada pertemuan virtual para pemimpin regional. Sementara para pemimpin CELAC mempertanyakan keputusannya, ia memposting sebuah video Instagram yang mempromosikan perbaikan infrastruktur penegakan hukum dan video lainnya mengumumkan deklarasi darurat yang mencakup sektor kelistrikan negara tersebut di tengah pemadaman listrik selama berjam-jam di Quito.
“Dia seharusnya muncul dan mengambil tanggung jawab atas dirinya sendiri di depan Ekuador, di depan Amerika Latin, di depan Karibia, di depan dunia dan dia belum menunjukkan wajahnya,” kata Maduro.
“Saya dapat mengatakan dari Venezuela bahwa dia bersembunyi dan masyarakat Ekuador harus mengetahuinya,” lanjutnya.
Kedutaan Besar Meksiko di Quito tampaknya sudah ditutup pada Selasa sore. Kementerian Luar Negeri Meksiko tidak segera menanggapi permintaan komentar atas pengumuman Venezuela.
Di bawah 11 tahun kepemimpinan Maduro, lebih dari 7,7 juta warga Venezuela telah meninggalkan negara asal mereka, dan sebagian besar menetap di tempat lain di Amerika Latin dan Karibia. Ekuador memiliki konsentrasi migran Venezuela terbesar keenam.
Pejabat Ekuador dan organisasi non-pemerintah yang membantu migran memperkirakan bahwa 475.000 warga Venezuela tinggal di Ekuador. Dari jumlah tersebut, lebih dari 231.000 orang tinggal secara permanen dan sah di sah di sana, menurut sensus Ekuador 2023.
Baca juga: Protes Penangkapan, Eks-Wapres Ekuador Mogok Makan
Cek Berita dan Artikel yang lain di