Berbicara kepada wartawan di Istanbul, Erdogan mengatakan Turki akan terus memberikan bukti-bukti dokumen, sebagian besar berupa dokumen visual, mengenai serangan Israel di Jalur Gaza.
"Saya yakin Israel akan didakwa di sana. Kami percaya pada keadilan Mahkamah Internasional," kata Erdogan, yang telah lama menjadi salah satu pendukung utama Hamas.
Tuduhan Afrika Selatan bahwa Israel melakukan genosida terhadap warga Gaza, yang disampaikan di Mahkamah Internasional di Den Haag, Belanda pekan ini, sebagian besar didasarkan pada pernyataan bahwa komentar para menteri senior kabinet Israel yang menyatakan kebijakan perang menunjukkan niat untuk membunuh warga sipil.
Israel menolak tuduhan tersebut karena dinilai tidak berdasar, dan mengatakan Afrika Selatan bertindak sebagai utusan Hamas yang berupaya melenyapkan negara Yahudi. Dikatakan bahwa Pasukan Pertahanan Israel (IDF) menargetkan Hamas, bukan populasi umum Palestina, namun korban sipil dalam pertempuran tidak dapat dihindari karena pejuang Hamas disebut beroperasi di tengah populasi masyarakat.
Menteri Luar Negeri Israel Katz membalas Erdogan lewat unggahan di media sosial X. "Presiden Turki, dari negara yang pernah mengalami Genosida Armenia di masa lalu, kini membanggakan diri menargetkan Israel dengan klaim yang tidak berdasar," ucapnya.
"Israel berdiri dalam pertahanan, bukan kehancuran, melawan sekutu barbar Anda," tambah Katz, seperti dikutip dari TOI, Sabtu, 13 Januari 2024.
Israel selama beberapa dekade telah menolak secara resmi mengakui pembunuhan massal warga Armenia oleh Turki Ottoman di tahun 1915-1917 sebagai genosida, sebuah tindakan yang didasarkan pada pertimbangan geopolitik dan strategis, salah satunya adalah hubungan Israel dengan Turki.
Perang Israel-Hamas
Setelah Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden mengakui pembantaian tersebut sebagai genosida di tahun 2021, Kementerian Luar Negeri mengatakan pihaknya mengakui "penderitaan dan tragedi mengerikan terhadap rakyat Armenia," namun tidak melakukan hal yang sama.Perang yang sedang berlangsung di Gaza dipicu serangan kilat Hamas pada 7 Oktober di Israel selatan, yang menewaskan sekitar 1.200 orang -- sebagian besar warga sipil -- dan menyandera sekitar 240 orang.
Sebagai tanggapan, Israel melancarkan kampanye militer di Gaza, bersumpah untuk menghancurkan Hamas dan mengakhiri kekuasaannya di Jalur Gaza. Kementerian Kesehatan Gaza mengatakan bahwa lebih dari 23.000 orang telah terbunuh sejak 7 Oktober,
Israel mengatakan pihaknya telah membunuh sekitar 8.000 pejuang Hamas di wilayah pesisir tersebut – ditambah sekitar 1.000 lainnya di wilayah Israel pada tanggal 7 Oktober.
Menyusul pecahnya perang, Israel menarik kembali diplomatnya dari Turki setelah Erdogan menuduh Israel melakukan kejahatan perang. Turki kemudian juga menarik duta besarnya dari Israel.
Baca juga: Omong Kosong Israel di ICJ, Tolak Akhiri Operasi di Gaza
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News