Walau Presiden Rusia Vladimir Putin belum secara resmi menarik diri dari perjanjian tersebut, penangguhan berpartisipasi di dalamnya yang diumumkan Februari lalu telah membahayakan pilar terakhir kontrol senjata nuklir antara AS dan Rusia.
Washington dan Moskow memiliki hampir 90 persen hulu ledak nuklir dunia, cukup untuk menghancurkan planet ini beberapa kali lipat. New START (Perjanjian Pengurangan Senjata Strategis) membatasi jumlah penyebaran hulu ledak nuklir strategis kedua negara.
“Rusia belum sepenuhnya mematuhi dan menolak membagikan data yang kami setujui di New START untuk dibagikan dua kali setahun," ucap John Kirby, juru bicara Dewan Keamanan Nasional AS John Kirby kepada awal media pada Selasa.
"Karena mereka menolak untuk mematuhi, kami memutuskan untuk tidak membagikan data itu," sambungnya, dikutip dari laman Al Jazeera, Rabu, 29 Maret 2023.
Kirby menambahkan bahwa data senjata nuklir AS hanya akan dibagikan lagi jika Rusia juga siap melakukannya.
“AS dan Rusia wajib bertukar database komprehensif dua kali setahun. Kami menawarkan untuk melanjutkan implementasi timbal balik dari kewajiban ini. Sayangnya, Rusia memberi tahu AS bahwa mereka tidak akan terlibat dalam pertukaran data ini karena konon penangguhan perjanjian ini," tutur Vedant Patel, wakil juru bicara Kementerian Luar Negeri AS dalam konferensi pers.
Di bawah ketentuan New START, yang ditandatangani pada 2010 dan akan berakhir pada 2026, Moskow dan Washington dapat mengerahkan tidak lebih dari 1.550 hulu ledak nuklir strategis dan 700 rudal darat serta yang dapat diluncurkan dari kapal selam.
Di bawah perjanjian "Pertukaran Data Dua Tahunan," AS dan Rusia memberikan deklarasi pengiriman kendaraan pengiriman strategis, peluncur dan hulu ledak, termasuk perincian jumlah hulu ledak yang dikerahkan di tiga jenis kendaraan pengiriman – berbasis udara, laut dan darat.
Perjanjian tersebut, yang ditandatangani Barack Obama dan Dmitry Medvedev pada 2010, juga mempertimbangkan inspeksi menyeluruh di tempat untuk memverifikasi kepatuhan AS dan Rusia.
Tetapi inspeksi telah terbengkalai sejak 2020 karena pandemi Covid-19. Diskusi tentang melanjutkan inspeksi seharusnya dilakukan pada November 2022, tetapi Rusia tiba-tiba membatalkannya, dengan alasan dukungan AS terhadap Ukraina.
Baca juga: Ukraina Sebut Belarusia Telah Menjadi 'Sandera Nuklir' Rusia, Apa Maksudnya?
Februari lalu, Rusia secara resmi menangguhkan keikutsertaannya dalam New START. Putin menyatakan bahwa langkahnya itu hanya penangguhan, bukan penarikan diri. Ia mengatakan Rusia ingin terus mematuhi batas atas yang disepakati untuk senjata nuklir untuk saat ini.
Gedung Putih, yang sebelumnya menuduh Rusia melakukan berbagai pelanggaran terhadap perjanjian tersebut, mengatakan penolakan Rusia untuk mematuhi New START "secara hukum tidak sah" dan keputusan untuk menahan data nuklir merupakan pelanggaran lainnya.
Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow akun Google News Medcom.id
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News