Bom bunuh diri tersebut menewaskan 13 anggota militer AS dan puluhan warga Afghanistan.
Beberapa jam sebelum Taliban merebut ibu kota Kabul, kelompok itu menguasai penjara dan membebaskan sekitar 7.000 orang yang dipenjara di sana. Salah satu yang bebas adalah Abdul Rehman Al-Loghri, pelaku bom bunuh diri.
Informasi itu dikonfirmasi dua pejabat Amerika, dan Ken Calvert yang menjabat sebagai anggota peringkat Subkomite Komite Alokasi DPR untuk Pertahanan. Calvert mengatakan, ia diberi pengarahan oleh pejabat keamanan nasional mengenai identitas pengebom bunuh diri dan pembebasannya dari penjara Bagram.
Dalam sebuah pernyataan, Calvert mengatakan penanganan penarikan itu menyebabkan serangkaian peristiwa yang memuncak dengan hilangnya nyawa secara tragis pada 26 Agustus di luar bandara Kabul.
"Tiga belas orang Amerika, termasuk salah satu konstituen saya, terbunuh karena penilaian buruk dan eksekusi penarikan pasukan kami," ungkap Calvert, dilansir dari CNN, Kamis, 7 Oktober 2021.
Baca juga: Taliban Tangkap Pimpinan ISIS-K Usai Ledakan di Kabul
Menteri Pertahanan Lloyd Austin mengakui Pentagon terkejut dengan keruntuhan total militer Afghanistan hanya dalam 11 hari.
Namun, ia membela keputusan untuk meninggalkan Bagram. Mempertahankan pangkalan itu, kata Lloyd, akan membuat sekitar 5.000 tentara AS dalam bahaya.
"Itu tidak akan berkontribusi banyak pada misi yang telah ditugaskan kepada kami, dan kami memilih melindungi serta mempertahankan kedutaan yang berjarak sekitar 48 kilometer," seru Lloyd.
Kepada Fox News, Calvert mengatakan sedang menyelidiki seluruh masalah. "Anda memiliki ribuan teroris berkeliaran," tegasnya.
Bom bunuh diri meledak di bandara internasional Kabul hanya beberapa hari sebelum pasukan AS mengakhiri misi mereka di Afghanistan. Insiden ini menewaskan puluhan warga Afghanistan yang sedang berusaha untuk bisa kabur dari negara itu, dan 13 tentara Amerika Serikat di sana.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News