Jika hasil referendum berakhir dengan kemenangan pilihan "Iya," maka seseorang dilarang memakai penutup wajah di ruang publik seperti restoran, stadion olahraga, transportasi umum, atau bahkan saat sedang berjalan di trotoar.
Meski tidak secara spesifik menyebutkan busana seperti burkak atau nikab, referendum tersebut dipandang sejumlah pihak sebagai bagian dari Islamofobia di Swiss.
Dilansir dari Al Arabiya, terdapat pengecualian jika referendum tersebut dijadikan undang-undang. Seseorang boleh memakai penutup wajah di situs keagamaan, dan atau untuk alasan keamanan serta kesehatan.
Pengecualian ini, terutama di bidang kesehatan, dibuat agar warga Swiss dapat tetap memakai masker untuk melindungi diri dari ancaman virus Covid-19. Penutup wajah juga diizinkan untuk beberapa selebrasi karnival tradisional Swiss.
Pemerintahan berkuasa Swiss menentang referendum ini, dan mengatakan bahwa seseorang yang mengenakan penutup wajah merupakan isu "marginal." Pemerintah Swiss khawatir larangan memakai penutup wajah dapat berimbas pada sektor pariwisata.
Alih-alih melarang, Pemerintah Swiss menilai siapapun boleh memakai penutup wajah, namun harus membukanya jika memang diminta oleh petugas.
Sementara di kubu pendukung referendum, penutup wajah dinilai sebagai bentuk tekanan terhadap perempuan. Kubu pendukung berpendapat bahwa larangan memakai penutup wajah diperlukan demi menegakkan prinsip dasar bahwa wajah seseorang harus selalu terlihat di tengah masyarakat Swiss.
Jika larangan ini nantinya dijadikan legislasi nasional, maka Swiss akan berdiri di samping Belgia dan Prancis yang sudah menerapkan aturan tersebut.
Survei oleh agensi GFS Bern pada Januari lalu menunjukkan bahwa lebih dari separuh warga Swiss mendukung proposal larangan penutup wajah. Namun dalam survei kedua pada 24 Februari, angka pendukung referendum turun hingga tidak lagi di atas 50 persen.
Muslim berjumlah sekitar 5,2 persen dari total 8,6 juta penduduk Swiss. Sebagian besar Muslim di Swiss berasal dari garis keturunan asal Turki, Bosnia, dan Kosovo.
Baca: Cendekiawan Muslim asal Swiss Hadapi Sidang Pemerkosaan
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News