Pengumuman Jens Stoltenberg, Sekretaris Jenderal NATO, dirilis beberapa jam sebelum Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden tiba di Eropa untuk rapat khusus membahas strategi. Rapat ini dibentuk 1949 untuk menekan Uni Soviet.
Kabar terbaru meningkatkan urgensi untuk upaya mencegah konflik meluas ke luar perbatasan Ukraina dan membuat NATO terlibat pertempuran secara langsung dengan Rusia.
Melihatnya, NATO menaikkan pasukannya dua kali lipat di sayap timur, yakni menjadi delapan kelompok pertempuran. Stoltenberg mengatakan, tambahan empat unit dikerahkan di Bulgaria, Hungaria, Rumania dan Slovakia. Setiap unit berukuran batalyon, yang biasa terdiri atas ratusan tentara.
"Semua ini adalah tanggapan langsung terhadap invasi Rusia ke Ukraina," kata Stoltenberg, seperti dikutip The Straits Times, Kamis 24 Maret 2022.
“Pasukan akan tetap di sana selama dianggap perlu,” jelasnya.
Kemungkinan Rusia menggunakan senjata pemusnahan massal menyiratkan bahwa pasukan Putin gagal memperoleh kemajuan dalam menghadapi perlawanan Ukraina, yang ternyata cukup kuat.
Rapat Biden dengan NATO pada Kamis, 24 Maret 2022 (waktu Brussels) akan dilanjutkan pertemuan dengan pemimpin negara-negara G7, lalu Uni Eropa (EU). Pertemuan dengan EU akan turut dihadiri Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky melalui panggilan video dari Kiev.
Pembicaraan itu diperkirakan akan mendiskusikan cara memperketat sanksi ekonomi Barat terhadap Rusia supaya Presiden Rusia Vladimir Putin menghentikan perang.
Negara-negara Barat sendiri kini sudah menjatuhkan rentetan sanksi ekonomi yang membuat nilai rubel turun drastis dan kekurangan parah di Rusia. Kekuatan ekonomi yang dibangun puluhan tahun pun runtuh dalam beberapa pekan.
Masyarakat Rusia semakin tertekan seiring keputusan pemerintah Rusia untuk memberlakukan pengendalian ketat terhadap laporan dalam negeri terkait konflik Ukraina. Salah satunya yaitu menetapkan bahwa menyebut konflik tersebut “perang” atau “invasi” sebagai tindakan kriminal.
Biden berniat memperkuat persekutuan itu demi menghadapi kemungkinan konflik berlangsung hingga berbulan-bulan atau bertahun-tahun. Jika itu terjadi, akan diperlukan komitmen jangka panjang untuk konfrontasi ekonomi ataupun militer.
Tapi, Eropa tidak mengikuti jejak AS dalam menghentikan pembelian minyak dan gas Rusia lantaran komoditi itu krusial bagi perekonomian mereka. Kanselir Jerman Olaf Scholz mengatakan, penghentian semacam itu akan mengancam “ratusan ribu pekerjaan”.
Dapat dikatakan bahwa sejumlah pembicaraan yang dilakukan Biden menjadi ujian bagi kekompakan aliansi transatlantik itu terkait krisis Ukraina.
Sejauh ini, aliansi membuktikan kekompakannya dalam mengucilkan Rusia dan membantu pasukan Ukraina yang diketahui kalah senjata.
Pejabat senior NATO mengatakan, Rusia kemungkinan mengalami kerugian lebih besar dibanding yang diperkirakan sebelumnya. Sebanyak 7.000 hingga 15.000 pasukan Rusia tewas di Ukraina bulan ini.
Meski terlihat buntu di Ukraina, Putin tidak menunjukkan tanda-tanda mundur. Pengeboman dan penembakan yang terus dilancarkan Rusia menumbangkan beberapa titik negara bekas Uni Soviet itu, juga membuat setidaknya seperempat warga terpaksa mengungsi. Serangan ini mengakibatkan krisis kemanusiaan terburuk di Eropa sejak Perang Dunia II.
Biden dan pemimpin negara Barat menentang tindakan Moskow. Biden bahkan menyebut Putin sebagai penjahat perang. Menteri Luar Negeri Antony Blinken pun menyampaikan AS secara resmi menyatakan pasukan Rusia melakukan kejahatan perang di Ukraina.
Tidak diketahui implikasi lebih lanjut dari pernyataan Blinken. Tapi, ini kian memperburuk hubungan AS dengan Rusia, yang berada pada titik terparah sejak Perang Dingin.
Pada Rabu, 23 Maret 2022, semakin terbukti bahwa Rusia tidak segan menargetkan warga sipil. Hari itu, peluncur roket Grad digunakan untuk menyerang Kiev, ibu kota yang berusaha ditaklukkan sejak awal penyerangan.
Sebagai tanggapan atas nyatanya kemungkinan Rusia menggunakan senjata pemusnah massal, Eropa kini mengupayakan serangkaian sanksi baru bersama AS, Inggris, dan Kanada. (Kaylina Ivani)
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News