Berbeda dengan pertemuan DK PBB lain yang dilaksanakan secara virtual, pertemuan ini dilakukan secara langsung di New York pada 10 Agustus.
"Pertemuan secara langsung menunjukkan kesigapan DK PBB, di bawah Keketuaan Indonesia, untuk menyesuaikan dengan fase pembukaan di New York dan terus bekerja melaksanakan kewajibannya, serta menyesuaikan diri dengan realitas global," ujar Wakil tetap RI untuk PBB di New York, Duta Besar Dian Triansyah Djani.
"Pertemuan in-person tentunya secara ketat menerapkan panduan kesehatan di masa (pandemi virus korona) covid-19 dari Sekretariat PBB dan otoritas setempat," sambungnya, dalam keterangan tertulis yang diterima Medcom.id, Sabtu 15 Agustus 2020.
Di hari yang sama, DK PBB juga melaksanakan pertemuan secara virtual dengan negara-negara penyumbang pasukan di misi pemeliharaan perdamaian PBB di United Nations Interim Force in Lebanon (UNIFIL). Pertemuan sangat penting mengingat perpanjangan mandat misi di Lebanon akan berakhir pada 31 Agustus 2020, dan proses negosiasi perpanjangan mandat telah dimulai.
Pada 11 Agustus, DK PBB mengadakan pertemuan virtual membahas situasi di Lebanon, termasuk kondisi sosial politik, keamanan, dan ekonomi. Negara anggota DK PBB telah menyampaikan rasa keprihatinan dan belasungkawa kepada Rakyat dan Pemerintah Lebanon atas ledakan di Beirut pada 4 Agustus.
Selain itu, DK PBB juga membahas lebih lanjut mengenai rencana perpanjangan mandat UNIFIL, yang mayoritas telah mendukung diperpanjang hingga 12 bulan ke depan.
Terkait peran Indonesia di UNIFIL, Dubes Djani menyampaikan bahwa "Indonesia merupakan negara penyumbang pasukan terbesar di UNIFIL, dengan sekitar 1.254 personel."
"Indonesia bangga dapat berkontribusi langsung dalam pembahasan perpanjangan mandat misi yang sangat penting ini, terlebih di bawah kepemimpinan Indonesia di DK PBB untuk bulan Agustus," sebut Dubes Dian Triansyah Djani.
Salah satu kegiatan utama Keketuaan Indonesia juga telah diadakan secara virtual pada 12 Agustus yang dipimpin langsung Menteri Luar Negeri RI, Retno Marsudi. Kegiatan bertema "Peacebuilding and Sustaining Peace: Pandemics and the Challenges of Sustaining Peace."
Menlu Retno menegaskan bahwa bina damai harus menjadi bagian penting dalam respons global mengatasi penanggulangan pandemi, dan perlu mendorong sumber daya secara optimal untuk membantu negara terdampak konflik.
"Pandemi ini dapat memperparah dinamika konflik, namun sejarah membuktikan bahwa krisis dapat membuka peluang bagi perdamaian," tegas Menlu Retno.
Debat terbuka tingkat tinggi ini menghadirkan tokoh-tokoh dunia seperti Sekretaris Jenderal PBB, Antonio Guterres; mantan Sekjen PBB, Ban Ki-moon; dan Direktur Center for International Cooperation New York University, Sarah Cliffe. Pertemuan juga dihadiri oleh pejabat tinggi dari sejumlah negara anggota DK, yaitu Menlu Viet Nam, Estonia dan Afrika Selatan, serta Minister of State Jerman.
Menutup pekan kedua Keketuaan Indonesia pada 14 Agustus, DK PBB telah mengadakan pertemuan virtual yang mengumumkan mengenai hasil pungut suara terhadap Resolusi DK yang diusulkan oleh AS mengenai Non proliferasi senjata di Iran. Dua anggota DK mendukung, dua menolak, dan 11 abstain termasuk Indonesia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News