"Kami telah membatalkan beberapa pendekatan kami, termasuk rencana pertemuan di Doha dalam Doha Forum," kata deputi juru bicara Kementerian Luar Negeri AS, Jalina Porter, dikutip dari DW, Sabtu, 26 Maret 2022.
"Kami melihat keputusan ini sebagai titik balik dalam pendekatan kami (dengan Taliban)," sambungnya.
Hak-hak wanita dan edukasi bagi anak perempuan merupakan kekhawatiran utama komunitas global saat Taliban menguasai Afghanistan pada Agustus 2022. Setelah melewati ketidakpastian selama berbulan-bulan, Kementerian Pendidikan Afghanistan di bawah Taliban mengumumkan pembukaan sekolah untuk semua siswa, termasuk perempuan, pada pekan kemarin.
Namun beberapa jam setelah kelas dibuka, pihak kementerian mengeluarkan peraturan baru: "Kami menginformasikan bahwa semua siswi sekolah menengah atas dan sekolah-sekolah yang memiliki murid perempuan di atas kelas 6, untuk mengakhiri kelas hingga pemberitahuan lebih lanjut."
Pengumuman tersebut direspons kekecewaan mendalam semua siswi sekolah di Afghanistan. Kecaman internasional pun berdatangan, yang selama ini selalu mengkhawatirkan isu tersebut usai Taliban berkuasa.
"Keputusan Taliban ini, jika tidak segera dibatalkan, dapat berdampak buruk terhadap masyarakat Afghanistan, potensi pertumbuhan ekonomi, dan ambisi Taliban untuk meningkatkan hubungan mereka dengan komunitas internasional," sebut Porter.
"Kami mendukung penuh anak perempuan Afghanistan beserta keluarga mereka, yang memandang pendidikan sebagai jalan untuk mewujudkan potensi sesungguhnya dari masyarakat dan perekonomian Afghanistan," lanjutnya.
Baca: Taliban Batal Buka Sekolah untuk Perempuan, Banyak Siswi Menangis
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News