Berdasarkan perhitungan para ahli geologi, terdapat lebih dari satu juta bangunan di New York. Total massa bangunan itu pun lebih dari 760 miliar kilogram tekanan ke bawah di bumi.
Sementara itu, CNN mengungkapkan bahwa berat bangunan tersebut setara dengan sekitar 1,9 juta Boeing 747-400 yang berbahan bakar penuh.
Di sisi lain, menurut penulis utama studi dan ahli geofisika di Survei Geologi AS, Tom Parsons, mengurangi pembangunan gedung pencakar langit tidak akan serta merta menyelesaikan masalah.
"(Ini karena) penyebab utama penurunan di New York dan di sepanjang sebagian besar Pesisir Timur adalah tektonik dan tidak dapat dihentikan," kata Parsons, dikutip dari The Straits Times, Jumat, 2 Juni 2023.
Lebih lanjut, penurunan muka tanah ini juga ditemukan akan berdampak terhadap kenaikan permukaan laut dan banjir pesisir yang disebabkan oleh pemanasan suhu dan pencairan lapisan es dunia.
Organisasi Sea Level Rise mengatakan, ketinggian air di sekitar wilayah New York telah melebihi 20 sentimeter lebih tinggi daripada 1950.
Pemerintah kota pun memperkirakan bahwa perairan sekitarnya akan naik antara 20 sentimeter dan 75 sentimeter pada 2050.
AS disebut sudah menghabiskan miliaran dolar untuk membangun tembok laut, memperbanyak jalan, dan meningkatkan drainase untuk mengurangi risiko. Namun, daerah dataran rendah telah merasakan efek dari banjir dahsyat yang disebabkan oleh badai yang intens.
Badai Sandy pada 2012 telah menewaskan lebih dari 40 warga di New York, menghancurkan sekitar 300 rumah, dan menyebabkan puluhan ribu orang hidup tanpa listrik.
Sementara itu, Badai Ida pada 2021 menyebabkan lebih dari 12 orang tewas di Kota New York. Banyak di antara mereka yang tidak dapat melarikan diri dari ruang bawah tanah yang banjir.
Parsons mengatakan bahwa penelitian belum bisa memperkirakan secara pasti kapan New York akan tenggelam. Namun, kata dia, itu akan terjadi.
"Terlalu sulit untuk memprediksi waktu karena penurunan kota masih relatif stabil, perkiraan kenaikan permukaan laut juga tidak pasti dan bergantung pada tingkat emisi gas rumah kaca yang diharapkan di masa depan," ujar Parsons.
New York diketahui bukan satu-satunya kota besar di dunia yang berpotensi tenggelam. Adapun Kota Venesia, Italia yang juga terancam tenggelam akibat naiknya permukaan laut hingga penurunan tanah.
Selain itu, Jakarta juga terancam tenggelam karena ekstraksi air tanah yang berlebihan. Hal itu pun menyebabkan Indonesia memutuskan untuk merelokasi ibu kotanya. (Arfinna Erliencani)
Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow akun Google News Medcom.id
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News