Mohammed juga mendesak masyarakat internasional untuk membantu perempuan Afghanistan di sektor pendidikan, serta tetap bersatu untuk menjamin hak-hak mereka terpenuhi di negara tersebut.
"Masyarakat internasional harus melanjutkan solidaritasnya untuk mengatasi kebutuhan mendesak akan pendidikan dan hak-hak anak perempuan di Afghanistan. Kita perlu berdiri dalam solidaritas dengan gadis-gadis ini dan menyuarakan bahwa mereka tidak sendiri," kata Mohammed, dikutip dari laman Amu.tv, Minggu, 5 Maret 2023.
"Kami juga akan terus menyediakan dana untuk akses ke pendidikan, perawatan kesehatan, makanan, dan layanan penting lainnya," sambung dia.
Mathu Joyini, Perwakilan Tetap Afrika Selatan untuk PBB, mengatakan bahwa merampas hak pendidikan anak perempuan di Afghanistan merupakan sesuatu yang tidak dapat diterima. Memberikan akses pendidikan kepada perempuan di Afghanistan, bahkan secara daring pun, kini menjadi semakin sulit usai berkuasanya kelompok Taliban.
"Apa yang terjadi di Afghanistan sangat menyedihkan. Ketika kita berbicara tentang pendidikan digital, bagaimana kita memastikan anak perempuan mendapatkan akses ke pendidikan digital?" sebut Joyini.
Taliban secara bertahap memberlakukan pembatasan pada perempuan dan anak perempuan di Afghanistan setelah kembali menguasai negara itu pada Agustus 2021. Setelah Taliban berkuasa, perempuan dilarang belajar di sekolah menengah dan juga universitas. Tidak hanya itu, perempuan juga dilarang bekerja untuk lembaga swadaya masyarakat (LSM).
Sementara itu, para siswa perempuan di Afghanistan mengatakan bahwa hidup tanpa pendidikan merupakan sesuatu yang tidak ada artinya. Mereka pun meminta Taliban untuk mencabut larangan pendidikan perempuan untuk tahun ajaran berikutnya.
Sudaba, siswa kelas 11 di Afghanistan, berkata: "Kami menghabiskan lebih dari satu tahun tanpa sekolah, itu sangat sulit. Semua harapan kami (disematkan pada) tahun baru yang akan datang. Kami ingin kembali ke sekolah. Jangan mengecewakan kami."
Mohsina Saboor, seorang guru di Afghanistan, juga mengkritik kebijakan Taliban terhadap perempuan Afghanistan.
"Melarang anak perempuan dari pendidikan di atas kelas enam akan meninggalkan konsekuensi menghancurkan bagi anak perempuan, keluarga, dan negara. Setiap hari, jutaan gadis kehilangan kesempatan dan impian mereka," tegasnya.
Tahun ajaran baru akan dimulai dalam waktu kurang dari 20 hari lagi di Afghanistan. Tetapi Taliban, sejauh ini, belum memberikan lampu hijau untuk pencabutan pembatasan pendidikan bagi puluhan ribu perempuan dan anak perempuan.
Baca juga: Temui Berbagai Pihak, Menlu Bahas Dukungan bagi Pendidikan Perempuan di Afghanistan
Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow akun Google News Medcom.id
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News