Sekitar 100 orang tewas akibat longsor di desa tersebut, sementara puluhan lainnya di kawasan juga dilaporkan meninggal akibat terkena imbas Badai Eta.
Banyak korban tewas di desa Queja terkubur di rumah masing-masing. Juru bicara militer Guatemala, Ruben Tellez, mengatakan bahwa sekitar 150 rumah di desa tersebut telah terkubur material tanah, lumpur, dan bebatuan.
Bagaimana tanggapan anda mengenai artikel ini?
Dilansir dari laman Guardian pada Sabtu, 7 November 2020, Presiden Guatemala Alejandro Giammattei khawatir jumlah korban tewas dapat terus bertambah. Hingga saat ini, angka kematian dan juga korban hilang di Queja diestimasi sudah mencapai 150.
Badai Eta membawa angin kencang dan hujan deras, memicu kerusakan mulai dari Panama hingga ke Honduras dan juga Meksiko. Dari tiga negara tersebut, total korban tewas Badai Eta diperkirakan mencapai 50.
Salah satu badai terkuat di Amerika Tengah dalam beberapa tahun terakhir, Eta memicu hujan deras di seantero kawasan pada Jumat kemarin. Pusat Badai Nasional Amerika Serikat (NHC) memperingatkan bahwa "banjir parah" akibat Eta akan terus berlanjut dalam beberapa hari ke depan.
Baca: Topan Molave Tewaskan 35 Orang dan 59 Lainnya Hilang di Vietnam
Operasi penyelamatan di seantero Honduras dan Guatemala terkendala banyaknya jalan dan jembatan yang rusak. Otoritas pun terpaksa meminta bantuan militer dan menggunakan helikopter serta speed boat untuk mencapai lokasi bencana.
Eta membawa kehancuran usai melanda Nikaragua pada Selasa kemarin sebagai badai Kategori 4. Kecepatan anginnya sempat mencapai 241 kilometer per jam, dan terus bergerak dari Nikaragua menuju Honduras dan Guatemala.
"Ini merupakan badai terburuk yang pernah melanda Honduras dalam beberapa dekade terakhir. Kerusakan akibat badai ini sudah pasti akan sangat signifikan," tutur Mark Connolly, perwakilan UNICEF untuk Honduras.
(WIL)