Floyd, pria kulit hitam, meninggal usai lehernya ditindih seorang polisi bernama Derek Chauvin pada Senin 25 Mei. Kematiannya memicu amarah warga AS, terutama dari etnis Afrika Amerika.
"Negara kita sedang merasakan sakit, tapi kita tidak boleh membiarkan rasa sakit ini menghancurkan kita. Kita juga sedang marah, tapi jangan sampai amarah ini menguasai kita. Kita semua sudah lelah, tapi jangan sampai rasa lelah ini mengalahkan kita," tulis Biden di Instagram, dilansir dari laman USA Today, Minggu 31 Mei 2020.
"Satu-satunya cara untuk menanggulangi rasa sakit ini adalah mengubah kesedihan ini menjadi tekad untuk mencapai sebuah tujuan. Sebagai presiden, saya akan membantu memimpin upaya ini. Hal terpenting adalah, saya akan mendengarkan kalian semua, seperti yang saya lakukan hari ini di lokasi unjuk rasa di Wilmington," sambungnya.
Sebelumnya, Biden mengecam keras aksi sekelompok kecil pedemo yang merusak dan menjarah pertokoan di sejumlah kota, termasuk Minneapolis. Menurutnya, demonstrasi memang dibenarkan untuk mengekspresikan sesuatu, tapi merusak merupakan hal yang dilarang.
Ia menegaskan bahwa memprotes kebrutalan yang dialami Floyd merupakan tindakan tepat, tapi jangan sampai ekspresi itu diwarnai aksi kekerasan.
"Aksi-aksi dalam unjuk rasa tidak boleh menutupi alasan sebenarnya mengapa kita berunjuk rasa," sebut Biden.
Sementara Presiden Donald Trump, yang akan menghadapi Biden dalam pemilihan umum pada November mendatang, merespons krisis Floyd lewat serangkaian pesan di Twitter. Hingga saat ini, sejumlah pihak mengkritik Trump karena dirinya belum juga melakukan pidato nasional untuk meredam gelombang protes yang berujung kericuhan.
Menurut laporan New York Times, Trump dan keluarganya berlindung di sebuah bungker saat ratusan warga berunjuk rasa di sekitar Gedung Putih pada Jumat kemarin.
Didesain untuk menahan hantaman pesawat, bungker tersebut pernah digunakan wakil presiden Dick Cheney saat terjadinya serangan teror di AS pada 11 September 2001.
"Presiden dan keluarganya khawatir atas kejadian pada Jumat malam, menurut keterangan beberapa penasihat," sebut laporan di New York Times.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News