Analisis awal yang disebarkan oleh badan tersebut juga menemukan bahwa di antara 31 Juli dan 3 September, mereka yang tidak divaksinasi memiliki 14 kali risiko terkena penyakit cacar monyet dibandingkan dengan orang yang divaksinasi. Tepatnya 14 hari atau lebih setelah suntikan pertama mereka.
Hasil ini sendiri didasarkan pada infeksi yang dikonfirmasi dari 32 yurisdiksi (kekuasaan hukum) di seluruh negeri. Sementara itu, AS telah melihat lebih dari 25 ribu kasus dalam wabah saat ini, yang dimulai pada Mei tahun ini, yang terutama mempengaruhi pria yang berhubungan seks dengan pria.
"Data baru ini memberi kami ke level optimisme yang tetap hati-hati bahwa vaksin itu bekerja sebagaimana mestinya," ujar Direktur CDC Rochelle Walensky kepada wartawan selama pengarahan, seperti yang dikutip dalam laman Yahoo News, pada Kamis, 29 September 2022.
"Bahkan mengingat data yang menjanjikan ini, kami sangat menyarankan orang menerima dua dosis vaksin Jynneos dengan jarak 28 hari untuk memastikan perlindungan kekebalan yang tahan lama dan tahan lama terhadap cacar monyet," tambahnya.
Meskipun telah disetujui, belum ada perkiraan keberhasilan yang dikonfirmasi untuk vaksin Jynneos terhadap cacar monyet. Hal ini dikarenakan penelitian sebelumnya hanya melihat hewan dan mengukur data respons imun manusia.
Sejauh ini, sudah lebih dari 66 ribu kasus cacar monyet telah terdeteksi secara global. Akan tetapi, infeksi baru mulai menurun sejak bulan Agustus lalu.
AS sendiri telah memberikan lebih dari 680 ribu dosis vaksin Jynneos. Vaksin ini memfokuskan upayanya pada pria gay dan biseksual, serta orang transgender dan beragam gender.
Sementara itu, wakil koordinator reaksi cacar monyet Gedung Putih, Demetre Daskalakis mengatakan bahwa strategi peluncuran bergerak ke fase baru di mana vaksin akan ditawarkan kepada orang-orang tanpa paparan sebelumnya, dan bukan setelah paparan yang diketahui.
"Strategi baru ini bermaksud memungkinkan lebih banyak orang yang mungkin saat ini atau di masa depan berisiko terkena cacar monyet saat ini dapat memenuhi syarat untuk mendapatkan vaksin," ujar Demetre.
“Untuk mengurangi stigma, panduan baru akan memungkinkan penyedia layanan kesehatan untuk memberikan vaksin di area yang kurang terlihat. Daerah ini termasuk bahu atau punggung atas, alih-alih lengan bawah,” tambahnya. (Gabriella Carissa Maharani Prahyta)
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News