Pasukan Ukraina bertahan menghadapi gempuran dari Rusia. Foto: AFP
Pasukan Ukraina bertahan menghadapi gempuran dari Rusia. Foto: AFP

Perang Sebabkan Harga Pangan Naik, Inggris Yakini Ukraina Akan Menang

Fajar Nugraha • 09 Juni 2022 01:23
Jakarta: Selama 100 hari, invasi Rusia ke Ukraina telah menimbulkan korban jiwa dan kehancuran di Ukraina dalam skala yang tidak terlihat di Eropa sejak Perang Dunia II. Tetapi Presiden Rusia Vladimir Putin telah gagal membuat kemajuan yang ia harapkan dalam menghadapi perlawanan dari Ukraina.
 
Puluhan ribu orang tewas dan lebih dari 6,8 juta pengungsi telah meninggalkan Ukraina. Sementara 8 juta warga Ukraina mengungsi, hampir 13 juta terdampar di zona konflik dan hampir 16 juta membutuhkan dukungan kemanusiaan.
 
Kedutaan Besar Inggris di Indonesia mengatakan, ini memperburuk masalah yang ada. Bahkan sebelum perang, hampir 1 miliar orang di 92 negara tidak memiliki cukup makanan untuk dikonsumsi. 55 negara, sebagian besar di Afrika dan Asia, sudah berada dalam krisis kelaparan akut, kondisi darurat atau kelaparan.

Menurut Inggris, pencurian biji-bijian Rusia dan perusakan serta pemblokiran pelabuhan- pelabuhan utama telah memperburuk situasi ini secara signifikan – sudah menjadi salah satu krisis pangan paling parah dalam sejarah baru-baru ini, yang kini mengancam banyak negara dan menempatkan kelompok paling rentan di dunia dalam risiko.
 
“Ukraina adalah salah satu ‘penyedia makanan global’ di dunia. Sampai invasi Rusia pada bulan Februari, Ukraina adalah pengekspor utama makanan dan pupuk, memberi makan hingga 400 juta orang di seluruh dunia,” sebut pernyataan dari Kedutaan Besar Inggris di Jakarta, yang diterima Medcom.id, Rabu 8 Juni 2022.
 
“Ukraina biasanya menghasilkan 10 persen  ekspor gandum dunia, 10 persen ekspor jagung, 18 persen jelai, 19 persen rapeseed, dan 38 persen minyak bunga matahari. Invasi Rusia telah menyebabkan biaya makanan meningkat di seluruh dunia, menyebabkan dampak paling dramatis pada kaum miskin di dunia,” imbuh pernyataan itu.
 
PBB memperkirakan bahwa akibat perang, 25 juta ton biji-bijian yang ditujukan untuk ekspor, masih berada di Ukraina. Pemboman berkelanjutan Rusia atas kota-kota dan infrastruktur di seluruh Ukraina, dan blokade pelabuhannya berarti bahwa kemampuan Ukraina untuk mengekspor produknya telah lumpuh – pada tahun 2021, Ukraina mengekspor 96 persen biji-bijiannya melalui Laut Hitam.
 
“Kami telah melihat apa yang telah dilakukan Rusia di kota-kota pelabuhan seperti Mariupol, Odesa, Kherson dan banyak lagi. Kapasitas untuk ekspor jalan raya dan kereta api sangat terbatas jika dibandingkan. Pemerintah Ukraina mengatakan bahwa volume ekspor biji-bijian kurang dari 10 persen dari total bulanan sebelum perang,” tambah pihak kedubes.
 
PBB, G7 dan komunitas internasional sedang menjajaki solusi terbaik untuk membantu Ukraina mengeluarkan gandumnya untuk diperdagangkan; tetapi biji-bijian adalah salah satu komoditas di antara banyak komoditas. Setidaknya 1,7 miliar orang terkena dampak langsung oleh lonjakan harga pangan, energi dan komoditas saat ini – Program Pangan Dunia (WFP) telah mengatakan bahwa perang Putin telah menaikkan harga bahan makanan pokok di seluruh dunia.
 
“Invasi Putin telah membawa kematian dan kehancuran dalam skala yang tidak terlihat di Eropa sejak WW2. Perang ini memiliki konsekuensi besar bagi perdamaian, kemakmuran, dan ketahanan pangan global. Itu penting bagi kita semua,” ujar Menteri Luar Negeri Inggris Liz Truss.
 
“Hari ini adalah saat untuk memberikan penghormatan kami kepada ribuan warga sipil tak berdosa yang terbunuh sejak invasi, dan menegaskan kembali dukungan teguh kami untuk pertahanan heroik Ukraina, untuk memastikan mereka berhasil dan Putin gagal,” imbuh Truss.
 
Naiknya harga pangan dan komoditas adalah alasan utama mengapa mengakhiri konflik ini dengan cepat adalah kepentingan semua orang. Tindakan Rusia tidak hanya melanggar kedaulatan negara yang merdeka dan demokratis, membunuh warga sipil tak berdosa dan menghancurkan ekonomi yang dinamis, tetapi juga menghadirkan ancaman bagi ekonomi global.
 
Itulah mengapa dunia perlu melihat Rusia menghentikan serangannya dan menarik pasukannya dari perbatasan Ukraina.
 
“Ketika perang yang mengejutkan dan tidak perlu ini melewati tonggak sejarah yang suram ini, penting untuk diingat siapa yang memikul tanggung jawab tunggal dan penuh atas krisis bahan bakar dan pangan yang menghantam ekonomi global,” sebut Dubes Inggris untuk Indonesia Owen Jenkins.
 
“Invasi Putin yang agresif dan tidak beralasan melanggar prinsip dasar hukum internasional - bahwa negara memiliki kedaulatan teritorial dan hak untuk menentukan kebijakan luar negeri mereka sendiri,” imbuh Dubes Jenkins.
 
Inggris, Indonesia, dan sebagian besar negara mendukung prinsip ini, itulah sebabnya 141 negara berkumpul di PBB untuk mengutuk invasi Rusia. Tindakan Putin adalah tindakan agresi imperial yang tidak termasuk dalam dunia modern kita.
 
“Setiap negara sekarang menderita akibat sejumlah dampak dari invasi Putin, karena agresi Rusia menaikkan harga pangan dan energi dan mengancam pertumbuhan ekonomi. Saat invasi brutal Rusia berlarut-larut, kita tidak boleh bosan memikirkan Ukraina, atau melupakan siapa yang harus disalahkan atas konsekuensi perang ini – Putin sendiri,” tegasnya.
 
Inggris telah menjadi salah satu donor utama yang menawarkan dukungan kepada negara-negara yang paling parah terkena dampak kenaikan harga pangan dan komoditas: mengumumkan 3 miliar poundsterling selama 3 tahun ke depan untuk mencegah kelaparan dan mengurangi penderitaan.
 
Inggris juga akan terus memainkan peran utama dalam mendukung orang-orang yang rentan di negara-negara seperti Yaman, Afghanistan, Ethiopia dan Suriah, dengan bantuan kemanusiaan, yang semuanya akan terkena dampak kenaikan harga pangan akibat invasi Rusia ke Ukraina.
 
Inggris telah memainkan peran utama dalam menanggapi krisis kemanusiaan Yaman, memberikan bantuan lebih dari  1 miliar poundsterling sejak konflik dimulai. Menteri Luar Negeri mengumumkan 286 juta poundsterling bantuan Inggris untuk tahun keuangan 2022-2023 ke Afghanistan dan bagi para pengungsi Afghanistan di kawasan itu untuk mengatasi kebutuhan kemanusiaan yang paling mendesak.

 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(FJR)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan