Presiden Columbia University, Nemat Minouche Shafik menghadapi kecaman dari banyak mahasiswa, dosen dan pengamat luar karena memanggil polisi New York ke kampus pada 18 April. Polisi dikerahkan untuk membongkar tenda-tenda yang didirikan oleh pengunjuk rasa menentang perang Israel melawan Hamas di Gaza.
Polisi menangkap lebih dari 100 orang pada hari itu dan memindahkan tenda dari halaman utama kampus sekolah di Manhattan. Namun, para pengunjuk rasa segera kembali dan mendirikan perkemahan lagi, sehingga mempersempit pilihan Columbia untuk menghentikan protes tersebut.
Sejak itu ratusan pengunjuk rasa ditangkap di sekolah-sekolah dari California hingga Boston ketika para siswa mendirikan perkemahan serupa dengan yang ada di Columbia, menuntut agar sekolah mereka divestasi dari perusahaan-perusahaan yang terlibat dalam militer Israel.
Dilansir dari Malay Mail, Sabtu, 27 April 2024, protes yang berpikiran sama terhadap tindakan Israel juga telah menyebar ke luar negeri. Ketegangan yang berkobar di depan universitas bergengsi Sciences Po di Paris kemarin ketika pengunjuk rasa pro-Israel datang untuk menantang mahasiswa pro-Palestina yang menduduki gedung tersebut. Polisi harus bergerak untuk memisahkan kedua belah pihak.
Di Columbia, senat universitas akan mengadakan sidang pada Jumat sore untuk memilih resolusi mengenai tindakan presiden yang dapat berkisar dari ekspresi ketidaksenangan hingga kecaman langsung.
Gedung Putih membela kebebasan berpendapat di kampus, tetapi Presiden Partai Demokrat Joe Biden mengecam “protes antisemit” minggu ini dan menekankan bahwa kampus harus aman.
Beberapa anggota Partai Republik di Kongres menuduh Shafik dan administrator universitas lainnya terlalu lunak terhadap pengunjuk rasa dan membiarkan mahasiswa Yahudi dilecehkan di kampus mereka.
Setelah gagal meredam protes dua minggu lalu, para administrator Columbia beralih ke negosiasi dengan mahasiswa. Namun, sejauh ini tidak membuahkan hasil.
Sekolah telah menetapkan dua tenggat waktu untuk mencapai kesepakatan pada minggu ini – paling lambat pukul 04.00 pagi pada Jumat – yang keduanya terjadi dan berakhir tanpa tercapainya kesepakatan.
“Pembicaraan telah menunjukkan kemajuan dan berlanjut sesuai rencana,” tulis kantor Shafik dalam email singkat kepada komunitas universitas pada Kamis malam.
“Kami mempunyai tuntutan kami, mereka punya milik mereka. Proses formal sedang berlangsung dan terus berlanjut,” sambung dia.
Sebanyak total 550 orang ditangkap dalam protes pro-Palestina di kampus-kampus Amerika Serikat (AS). Penangkapan dilakukan di beberapa kampus besar yang ada Negeri Paman Sam.
Sementara itu, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu ingin agar protes pro-Palestina di kampus-kampus Amerika Serikat (AS) ditindaklanjuti. Ia merasa gerah karena mendapat kecaman dari berbagai pihak.
"Apa yang terjadi di kampus-kampus Amerika sungguh mengerikan," kata Netanyahu dalam sebuah rekaman. Ia menuduh 'gerombolan antisemitisme' mengambil alih universitas-universitas terkemuka.
Padahal tuntutan para pedemo jelas, yakni agar perang di Gaza dapat berhenti. Dan Palestina beroleh kemerdekaan.
"Ini tidak masuk akal. Harus dihentikan. Harus dikutuk dan dikutuk dengan tegas," katanya.
Baca juga: Pengaruh Protes Pro-Palestina di Columbia University Meluas ke AS
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News