Berbicara dalam sebuah konferensi pers di Edinburgh, Sturgeon memperlihatkan serangkaian dokumen terbaru berjudul "Wealthier, Happier, Fairer: Why Not Scotland?"
Sturgeon bersikeras bahwa dirinya memiliki mandat kuat untuk mendorong kemerdekaan karena mayoritas warga telah memilih Partai Nasional Skotlandia (SNP) dalam pemilihan umum terakhir.
Menurut Sturgeon, warga Skotlandia terus menderita di tengah meningkatnya harga bahan-bahan kebutuhan pokok dan lambatnya pertumbuhan ekonomi. Ia menilai semua ini terjadi karena Skotlandia tidak berstatus independen.
"Apakah kita mau terus terikat dengan model ekonomi Inggris yang membuat perekonomian kita relatif miskin, atau kita mau membuka mata kita dengan harapan dan optimisme? tanya Sturgeon, dikutip dari Anadolu Agency, Selasa, 14 Juni 2022.
Ia menegaskan bahwa sekarang merupakan saat yang tepat untuk mendorong upaya kemerdekaan. Sturgeon menambahkan, Perdana Menteri Inggris Boris Johnson "tidak memiliki otoritas demokratik di Skotlandia dan mayoritas moral di mana pun."
"Brexit telah membuat kita terlempar keluar dari Uni Eropa dan pasar tunggal, yang berdampak buruk terhadap perdagangan, standar kehidupan dan layanan publik," sebut Sturgeon.
Sejak Inggris berpisah dari UE, lanjut Sturgeon, suara Skotlandia seolah terus diabaikan hingga saat ini. Menurutnya, Skotlandia cepat atau lambat akan menjadi sebuah negara independen melalui referendum kedua.
Kendati begitu, keberlangsungan referendum kedua membutuhkan persetujuan pemerintah pusat di London, dan PM Johnson sejauh ini menentang wacana ke arah kemerdekaan Skotlandia.
PM Johnson dan Partai Konservatif (Tory) berulang kali menentang wacana referendum kedua. Mereka mengatakan referendum Skotlandia di tahun 2014 merupakan "peristiwa sekali dalam seumur hidup" yang membuktikan bahwa warga Skotlandia lebih memilih Britania Raya ketimbang menjadi independen.
Baca: Skotlandia Ancam Merdeka dari Inggris
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News