Veto tersebut bertujuan untuk mengakhiri pembunuhan warga sipil di Gaza dan membawa perdamaian di wilayah yang terkena dampaknya hanya merupakan ‘kejahatan berdarah.’
Zakharova juga menekankan persatuan komunitas global dalam menghadapi serangan Israel yang sedang berlangsung di Gaza telah merenggut lebih dari 37.000 nyawa sejak 7 Oktober tahun lalu.
“Dewan Keamanan harus menerima sinyal ini, mendengarnya dan memahami bahwa orang Amerika lainnya, Anglo-Saxon akan memveto di bidang apa pun,” tegas Zakharova, dikutip dari Anadolu, Jumat, 14 Juni 2024.
“Dalam penafsiran dokumen apa pun yang akan membuka jalan bagi langkah penting lainnya untuk mengakhiri pembunuhan warga sipil di Gaza dan Israel, membawa perdamaian dan stabilitas di kawasan ini, veto lainnya hanya akan menjadi kejahatan berdarah,” lanjut Zakharova.
Selain itu, Zakharova menggarisbawahi bahwa ‘tidak ada satu negara pun’ yang masyarakatnya tidak bersatu. Ia mengatakan bahwa situasi di Gaza tidak dapat diterima, terlepas dari kekuatan politik yang berkuasa.
Meskipun berbagai negara menggunakan istilah yang berbeda, seperti ‘genosida,’ ‘tragedi,’ ‘kebutuhan untuk menghentikan kekerasan,’ atau ‘penyelesaian,’ mereka semua sepakat bahwa situasi saat ini tidak dapat diterima.
“Pemahaman global mengenai keburukan tragedi ini dan kesatuan dunia memberi sinyal bahwa masyarakat di bumi masih bisa bernegosiasi, berempati, dan melawan kejahatan, meski banyak perbedaan,” tegas Zakharova.
Sementara itu, upaya yang sering dilakukan untuk melestarikan warisan global dan mempertanyakan alasan kehidupan anak-anak tidak mendapat perlindungan yang sama.
“Saya sedang berbicara tentang anak-anak Palestina sekarang,” pungkas Zakharova. (Theresia Vania Somawidjaja)
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News