Petugas medis di Myanmar yang terekam menderita kekerasan dari pihak tentara. Foto: RFA
Petugas medis di Myanmar yang terekam menderita kekerasan dari pihak tentara. Foto: RFA

Pekerja Kesehatan Ditangkap, Diintimidasi dan Disakiti Junta Myanmar

Fajar Nugraha • 01 April 2021 12:46
Jenewa: Pekerja Palang Merah Myanmar telah ditangkap, diintimidasi dan terluka di garis depan ketika mereka mencoba untuk merawat korban sipil yang menderita kekerasan dari pihak keamanan. Hal itu disampaikan Federasi Internasional Masyarakat Palang Merah dan Bulan Sabit Merah (IFRC) mengatakan pada Kamis 1 April.
 
Badan itu mengatakan sangat prihatin dengan krisis kemanusiaan yang berkembang dua bulan setelah tentara merebut kekuasaan. Setidaknya 536 pengunjuk rasa dan pengamat telah tewas sejak kudeta, menurut Asosiasi Bantuan untuk Tahanan Politik Myanmar (AAPP).
 
Tim Palang Merah Myanmar telah memberikan perawatan bagi lebih dari 2.000 orang, kata sebuah pernyataan. Namun mereka juga menjadi sasaran kekerasan pihak junta.

"Petugas pertolongan pertama Palang Merah Myanmar dan petugas medis telah ditangkap, diintimidasi atau terluka, dan properti Palang Merah serta ambulans telah dirusak. Ini tidak dapat diterima," kata Alexander Matheou, Direktur Regional Asia Pasifik IFRC, seperti dikutip Channel News Asia, Kamis 1 April 2021.
 
"Petugas kesehatan seharusnya tidak pernah menjadi target. Mereka harus diberikan akses kemanusiaan yang tidak terbatas kepada orang-orang yang membutuhkan,” tegas Matheou.
 
Pernyataan itu tidak mengidentifikasi kelompok mana pun yang bertanggung jawab atas serangan itu, dan juru bicara Palang Merah menolak berkomentar lebih lanjut.
 
Video di media sosial menunjukkan anggota pasukan keamanan menyerang dan menyalahgunakan petugas medis dan, setidaknya dalam satu kasus, menembak ambulans. Tetapi video ini belum bisa diverifikasi secara independen.
 
Palang Merah memperingatkan bahwa krisis Myanmar menimbulkan ancaman kesehatan yang lebih luas dengan jatuhnya layanan dasar seperti transportasi dan perbankan yang dapat membuat sulit untuk mempertahankan program kemanusiaannya.
 
Kerusuhan juga mengancam upaya untuk menahan pandemi covid-19, dengan pengujian, penelusuran, dan pengobatan yang menurun tajam.
 
"Kita bisa menghadapi badai yang sempurna di Myanmar di mana gelombang infeksi covid-19 lainnya bertabrakan dengan krisis kemanusiaan yang semakin parah yang menyebar ke seluruh negeri," pungkas Matheou.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(FJR)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan