Berdasarkan exit poll dan juga penghitungan komisi elektoral Belarusia, Presiden petahana Alexander Lukashenko meraih 80 persen suara. Sementara rival utamanya, seorang ibu rumah tangga bernama Svetlana Tikhanovskaya, hanya mendapat 9,9 persen.
Tikhanovskaya menolak hasil pilpres, dan menegaskan bahwa dirinya adalah pemenang sebenarnya.
Minimnya pengawasan dalam pilpres Belarusia berujung pada tudingan adanya kecurangan berskala masif saat proses pemungutan suara.
Pilpres Belarusia digelar di tengah rasa frustrasi warga terhadap kepemimpinan Lukashenko, yang sudah berkuasa di negara tersebut sejak 1994. Satu hari jelang pilpres, sejumlah tokoh oposisi, termasuk kepala tim kampanye Tikhanovskaya, ditahan polisi.
Tikhanovskaya menjadi kandidat capres karena suaminya dijebloskan ke penjara oleh Lukashenko.
Kerusuhan di Minsk
Polisi antihuru-hara menembakkan peluru karet, gas air mata, dan granat kejut untuk membubarkan ribuan demonstran di Minsk. Saluran televisi Belsat TV menyiarkan tayangan yang memperlihatkan polisi menyerbu kerumunan pedemo.
Sejumlah laporan menyebut, para pengunjuk rasa membalas aksi polisi dengan melemparkan bom molotov. Sebagian demonstran mencoba membuat barikade, namun beberapa dari mereka ditangkap petugas. Seorang jurnalis dikabarkan terluka dalam bentrokan,
Kementerian Dalam Negeri Belarusia mengonfirmasi adanya seorang pengunjuk rasa yang tewas. "Ia tewas saat berusaha melempar semacam alat peledak ke arah petugas keamanan. Tapi alat itu meledak di tangannya," ucap pihak kementerian, dikutip dari BBC, Senin 11 Agustus 2020.
Beberapa stasiun kereta api di Minsk ditutup selama bentrokan. Sebagian besar jaringan internet di wilayah ibu kota juga terputus sejak Minggu hingga Senin malam.
Selain di Minsk, unjuk rasa serupa juga berlangsung di beberapa kota lainnya di Belarusia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News