KTT Perubahan Iklim 2021 akan dilangsungkan di Glasgow, Skotlandia. Foto: Smart Energy
KTT Perubahan Iklim 2021 akan dilangsungkan di Glasgow, Skotlandia. Foto: Smart Energy

Budaya, Mata Rantai yang Hilang untuk Atasi Perubahan Iklim

Fajar Nugraha • 26 Oktober 2021 10:02
London: Laporan singkat untuk The Climate Connection Culture and Environment Roundtable Indonesia telah dipublikasikan. Laporan ini merangkum hasil dan wawasan dari percakapan mengenai kebijakan seni dan budaya tingkat tinggi yang diadakan pada 2021 serta berkaitan dengan perubahan iklim.
 
Dirilis menjelang KTT Iklim Perserikatan Bangsa-Bangsa (COP26), temuan dalam laporan mendukung kasus bahwa budaya adalah mata rantai yang hilang dalam aksi iklim.
 
Kondisi ini diungkapkan dalam laporan yang dikeluarkan oleh lembaga nirlaba berbasis di Inggris, Julie’s Bicyle, bekerjasama dengan program Climate Connection British Council, dan organisasi seni Indonesia INSPIRIT. Pada 25 Oktober 2021, laporan itu memperlihatkan rangkuman hasil dari percakapan yang diselenggarakan secara digital, Culture and Environment Roundtable, yang diadakan di Indonesia pada Agustus 2021.

Climate Connection adalah platform global untuk melakukan dialog, kerja sama, dan beraksi untuk melawan perubahan iklim yang diadakan menjelang KTT Iklim United Nations COP26, yang dianggap sebagai upaya terpenting untuk mengikat semua negara di dunia dalam mengatasi krisis iklim.
 
Sebanyak empat percakapan digital Culture and Environment Roundtable diadakan di Turki, Indonesia, Kolombia, dan Nigeria. Percakapan di Indonesia menghadirkan beberapa peserta terpilih dari sektor lingkungan dan budaya –,termasuk pembuat kebijakan, pemerintah kota, seniman, organisasi seni dan budaya,– untuk kemudian mengeksplorasi bagaimana budaya, terutama kebijakan mengenai budaya, dapat merespon krisis iklim. Para peserta mendiskusikan tren budaya dan iklim terkini, tantangan dan solusi, dan mendengarkan pembicara utama dan pengisi acara yang relevan dengan konteks budaya Indonesia.
 
“Seni, budaya, dan industri kreatif telah banyak merangkul isu-isu lingkungan di tingkat mikro. Tetapi untuk meningkatkan upaya individu mereka, pemerintah harus turun tangan dengan adaptasi kebijakan budaya yang mendesak untuk mendorong, memberi sumber daya, memberikan pengetahuan dan pelatihan mengenai pelestarian lingkungan. Dan kebijakan lingkungan, setelahnya, harus mengintegrasikan seni dan budaya,” ujar Alison Tickle, pendiri dan CEO, Julie’s Bicyle, dalam keterangan tertulis British Council, yang diterima Medcom.id.
 
Menurut Bank Dunia, Indonesia adalah salah satu negara yang paling rentan terhadap perubahan iklim. Tujuan jangka menengah dari strategi nasional adalah untuk mengurangi risiko di semua sektor berkembang termasuk pertanian, air, keamanan energi, kehutanan, kelautan dan perikanan, kesehatan, pelayanan publik, infrastruktur dan sistem urban pada tahun 2030.
 
Akan tetapi Indonesia saat ini merupakan salah satu dari 10 penghasil emisi gas rumah kaca terbesar di dunia, yang sebagian besar berasal dari penggunaan lahan, perubahan penggunaan lahan, dan kehutanan.
 
Dari sisi budaya, jejak seni dan cerita manusia yang tertua ditemukan di Indonesia: lukisan berusia 43,900 tahun menghiasi dinding gua lebih dari dari 300 situs di perbukitan karst Maros-Pangkep, Sulawesi Selatan. Percakapan ini menanyakan bagaimana budaya dapat mengatasi tantangan lingkungan?
 
Tema-tema kunci yang ditangkap dari percakapan kemudian disusun untuk membentuk isi laporan. Wawasan dikelompokkan menjadi tiga tema yang saling berhubungan untuk transformasi: material (lingkungan binaan), digital (lingkungan virtual), dan manusia (lingkungan sosial dan budaya).
 
“British Council merasa bangga dapat mendukung tujuan –,tujuan COP26 untuk mempersatukan orang,– orang di seluruh dunia untuk mengatasi perubahan iklim. Perubahan iklim merupakan isu global, dan merupakan isu hubungan budaya. Sebagai bagian dari Climate Connection, British Council melakukan kerja sama dalam seri dikusi roundtable dengan mengangkat tema spesifik yaitu “Seni, Budaya dan Perubahan Iklim’ dan juga ‘Pendidikan dan Perubahan Iklim’, untuk dilaksanakan di Kolombo, Turki, Nigeria, Indonesia dan Italia,” sebut Camelia Harahap, Head of Arts & Creative Economy, British Council Indonesia.
 
“Kami merasa senang dapat bekerja sama dengan Julie’s Bicycle dan INSPIRIT di Indonesia untuk menyediakan wadah untuk berbagi pengetahuan dan eksplorasi topik perubahan lingkungan dengan menggunakan perspektif seni dan budaya,” imbuhnya. 
 
Kerja sama internasional melalui hubungan budaya adalah kunci untuk mengatasi solusi pembangunan bersama. Dengan mendorong kolaborasi lintas sektor, antar generasi dan internasional, dan menghadirkan suara baru di sektor seni, pendidikan, dan Bahasa Inggris, Climate Connection akan memungkinkan solusi yang lebih inovatif, kreatif, dan berkelanjutan untuk krisis iklim yang kita hadapi bersama.
 
Melalui pendekatan ini, Climate Connection akan membuat aksi iklim seinklusif mungkin, dengan memperkuat kerja sama antara Inggris dan dunia, dan di seluruh lapisan masyarakat, untuk memungkinkan semua orang berkontribusi pada masa depan yang lebih baik bagi planet Bumi.

 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(FJR)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan